Selamat datang di Blog Gw...

Friday, June 23, 2006

Memory in August, 16-17, 2005

Sampai kapan aku harus terus begini? Hidup ditengah keremangan malam yang sebenarnya tak pernah aku inginkan. Aku sendiri tak tahu harus bagaimana aku menjalaninya. Aku seperti penjaga malam yang senantiasa terjaga dari tidurnya. Aku seolah burung malam yang terbang entah mencari apa, aku sendiri tak pernah tahu, apa sebenarnya yang aku cari. Aku begitu berada dalam kebingungan dan kebimbangan. Aku hidup sendiri, menjalani kehidupan yang penuh dengan liku dan tanda tanya serta mengandung misteri yang tak pernah kuketahui.

Setiap malam aku harus merasakan desahan angin yang dingin dan menusuk kulit. Tak pernah sekali pun aku bisa menghindar darinya. Sebab malam seolah memberikan aku kehidupan yang sebenarnya semu dan maya. Namun entahlah…aku sendiri tak pernah tahu mengapa semuanya harus aku jalani. Aku terjebak dalam kehidupan seperti sekarang ini. Aku terjepit dan terjerembab diantara lembah kehidupan yang begitu pekat airnya, begitu hitam dan bau lumpurnya. Harus kemana lagi aku melangkahkan kaki ini?

Seringkali aku merenungi atas apa yang terjadi dengan diri ini. Dan tak pernah habis pikir mengapa semuanya bisa terjadi padaku? Dan juga atas diri orang-orang lainnya yang mengalami nasib seperti ini. Aku benar-benar berada dalam kebimbangan yang benar-benar besar yang tak pernah terlintas dalam benakku sebelumnya.

Jika aku mengenang masa kecil yang begitu lugu dan penuh dengan keceriaan, ingin rasanya aku menjadi seperti dahulu. Tak pernah ada beban dan derita yang harus kutempuh dan kujalani. Tak kan pernah ada kehidupan seperti yang sekarang aku jalani. Dan mungkin tak kan pernah juga tulisan ini sampai tercipta.

Tak pernah terfikirkan jika aku dengan masa kecil yang begitu lugu dan ceria harus menanggung beban kehidupan seperti ini. Entah dosa dan kesalahan siapa yang harus kujalani. Akupun tak tahu. Atau apakah memang ini adalah murni takdir dan jalan kehidupan yang harus aku tempuh. Lalu kenapa harus seperti ini? Kenapa harus kehidupan semacam ini yang harus kujalani? Tak adakah jalan kehidupan yang lebih baik yang bisa aku jalani? Tak bisakah aku memilih kehidupanku sendiri yang ingin aku jalani?

Dalam senyum palsu aku selalu menangis dalam hati dan nuraniku. Batinku selalu menahan isakan tangis yang tak pernah aku keluarkan. Entah sampai kapan aku bisa menahan semuanya ini? Aku hanya pasrah dan tawakal atas apa yang tengah aku hadapi. Akan tetapi, apakah hanya dengan seperti itu akan cukup? Masih kurangkah sikap sabar dan tawakalku kepada-Nya? Sampai-sampai beliau harus terus memberikanku cobaan yang tak pernah habis-habisnya. Cobaan yang selalu datang bertubi-tubi dan seolah memang datang dan diperuntukan hanya untukku. Terkadang aku sendiri tak pernah mengerti dengan apa yang aku hadapi.

Ya..Allah…tak bisakah engkau menunjukkan kuasamu di hadapanku saat ini? Tak bisakah engkau memberikan keajaiban dan mukzijat yang selama ini aku dambakan? Begitu beratnyakah semua itu bagi-Mu untuk diberikan kepadaku? Bukan aku tak pernah sabar dan qana’ah atas semua apa yang aku hadapi, namun aku hanyalah manusia lemah dan manusia biasa yang kau ciptakan dengan segala keterbatasan yang ada. Kesabaran yang terbatas, kehidupan dan keinginan yang tebatas serta kekuatan yang terbatas. Tak pernahkah engkau berkenan memberikanku barang sejenak saja kebahagiaan dan keinginan yang selama ini aku dambakan? Sungguh sulitkah semua itu bagi-Mu ya Allah, padahal aku memujimu dengan segenap kekuasaan yang kau miliki atas dunia dan akherat, atas langit dan bumi dan timur sampai ke barat, dari utara sampai ke selatan dan dari semua apa yang telah rela menjadi makhlukmu. Tak bisakah engkau mengabulkan semuanya dan memberikan aku keajaiban dan karunia yang sungguh sangat aku harapkan?

Hari demi hari lembar hitam kehidupanku semakin penuh dengan catatan dosa dan maksiat yang terus bertambah banyak. Entah harus aku hapus dengan apa gerangan agar catatan kehidupan tersebut hilang tak berbekas. Lembaran itu begitu kelam dan begitu hina kurasakan. Berbagai kemaksiatan yang sungguh jauh dari penilaian orang lain tentangku selama ini. Aku pun tak tahu harus berkata apa. Sebab…itulah yang sebenarnya. Bahwa tanpa aku sadari, aku telah menorehkan pena yang hitam diatas kertas putih kehidupanku.


17 Agustus 2005

Hari ini aku merasa lebih baik. Aku tidak tahu kenapa namun ini membuatku jauh merasa menjadi diriku yang lain. Mungkinkah ini suatu pertanda bahwa aku telah mulai bosan menjalani kehidupan menyimpang yang selama ini aku jalani? Apapun itu namanya, aku hanya bisa berharap bahwa semuanya adalah benar bahwa aku telah mulai bosan dan ingin meninggalkan kenangan kelam sisi kehidupan gelapku.

Meski tak bisa kupungkiri bahwa tidak mudah untukku bisa keluar dari semuanya, namun aku tetap beraharap dan terus berusaha agar apa yang aku inginkan yaitu keluar dengan segera dari kehidupan hitam ini dapat terlaksana. Aku tidak mau berlarut-larut menjalani kehidupan seperti ini. Aku ingin cepat bebas dan kembali ke istanaku yang dahulu.

Menjalani kehidupan seperti ini ibarat berjalan diatas dan diantara bara api yang membara. Disatu sisi aku merasa takut untuk terbakar oleh api tu, namun disisi lain aku malah menyerahkan diriku untuk dibakarnya, sebab aku merasa rapuh dalam menjalani kehidupan ini. Aku memang lemah dan tak berdaya, sebab kehidupan ini begitu kelam dan akupun tak sanggup untuk melihatnya. Seringkali aku berpaling muka darinya. Lari dari kenyataan bahwa aku sedang berada dalam lembar hitam yang sebenarnya tak pernah kuinginkan.

Tapi apalah mau dikata. Hidup ini bukan pilihan. Kita hanya menjalani suratan yang memang telah ditentukan bagi kita. Apa yang dikatakan-Nya ‘A’ maka ‘A’-lah ia, tak bisa menjadi yang lain. Sebab kita hanyalah seorang pemeran dalam sebuah sinetron yang maha panjang ceritanya. Bukan satu episode, dua atau sepuluh episode, akan tetapi lebih panjang dari semua itu, yang akhir ceritanya pun tak pernah bisa diterka oleh siapapun, sebab Ia juga adalah penulis skenario dan sutradara yang Maha handal daripada kita sebagai makhluknya yang terkadang membangkang kepada-Nya.

Semoga saja aku terus bisa merasakan perasaan seperti ini dari hari ke hari, agar aku bisa menjadi lebih baik dari hari ke hari. Menjadi lebih tegar dalam menjalani sisa hidup ini, serta meninggalkan lembar hitam itu perlahan-lahan.

Ya…Allah…berilah hambamu ini kekuatan agar bisa melewati semua ini dengan segala daya dan kekuatan yang aku miliki. Aku hanya meminta, janganlah engkau masukan kembali aku kedalam lumpur hitam ini setelah engkau mengeluarkanku. Sebab dari hati sanubariku yang terdalam, bukan inginku seperti sekarang ini, akan tetapi takdir yang menuntunku untuk menjalani kehidupan seperti ini. Sebab aku hanya berpasrah diri atas takdir dan ketentuan yang dibuat-Nya untukku, karena aku hanyalah hamba yang memang diharuskan tunduk dan patuh atas segala perintah-Nya dan segala ketentuan yang dimiliki-Nya.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home