Selamat datang di Blog Gw...

Sunday, July 09, 2006

Still Memory in August, 20

08.54 WIB

Entah mengapa aku begitu merasa bahagia ketika seorang kawan yang selama ini aku rindukan tiba-tiba mencoba mengusik kerinduanku akan suara dan kehadirannya meski hanya lewat udara. Aku yang memang haus akan perhatian seorang sahabat sejati seolah-olah kembali bangkit setelah aku mengalami hari yang buruk. Hari yang benar-benar tak pernah aku bayangkan sebelumnya, yang membuatku harus merasakan kegetiran hanya karena suatu hal yang sangat memalukan dan ah…begitu sukar untuk dijelaskan oleh kata-kata. Mungkin penjelasan saja tidaklah cukup untuk menggambarkannya, sampai-sampai aku hanya bisa tertawa-tawa ketika ia berbicara dan hadir dalam ruang kerinduan yang memang selama ini aku sediakan untuknya.

Kau memang sahabat sejatiku yang terbaik. Kita memang belum pernah bertemu dan bertatap muka sama sekali, namun entah mengapa aku merasa begitu dekat denganmu. Aku merasa bahwa aku sudah mengenalmu dekat dan bahkan jauh sebelum ini aku sudah mengenalmu. Aku pun merasa bahwa hanya kau yang mampu mengerti semua apa yang sedang terjadi pada diriku ini. Kau yang lebih tahu tentang aku, tentang kehidupan dan jalan apa yang sedang ku tempuh saat ini.

Kawan…tahukah engkau sesuatu hal…??

Jujur kukatakan bahwa, tak banyak orang yang bisa kuberikan kepercayaan yang begitu besar sampai-sampai perjalanan hidupku sendiri harus aku buka dihadapanmu. Tak banyak bahkan mungkin tidak akan pernah ada kecuali dirimu. Aku sendiri tidak tahu tiba-tiba saja kepercayaan itu datang dengan sendirinya padahal jika kau mau, mungkin aku bisa saja berfikir bahwa engkau akan menghianatiku suatu saat nanti, dengan mengatakan kepada dunia tentang siapakah diri ini yang sebenarnya. Tentang lembar hitam yang selama ini aku jalani. Tentang semua yang kau ketahui tentangku selama ini. Tapi perasaan itu sama sekali tak pernah ada dan aku berharap memang tak pernah terjadi. Sebab aku telah menganggapmu lebih dari seorang sahabat yang mampu mengerti aku, memberikanku semangat untuk bangkit, untuk terus maju dan menghadapi kehidupan ini, serta yang lebih penting lagi untuk bisa keluar dari lorong kehidupan yang gelap ini.

Disini, dilorong kehidupan yang penuh dengan sesaknya nafas-nafas kepalsuan dan kebejatan hidup manusia, aku sudah merasa muak dan muntah atas apa yang selama ini terjadi. Aku sudah merasa tersiksa dan terpenjara tanpa pernah kusadari sebelumnya. Aku berusaha mencari pintu keluar itu, namun kegelapan ini yang menghalangi langkahku untuk bisa menggapai dan meraba setiap dinding-dinding hitam yang mungkin saja terdapat pintu yang terbaik bagiku untuk keluar.

Keraguan dan ketakutan yang terus tersisa dalam diri ini, malah semakin memperkuat ikatan rantai kepalsuan yang selama ini merantai tangan dan seluruh jiwaku untuk tetap berada didalam kegelapan. Keraguan akan ‘apakah mungkin aku bisa keluar dengan baik dari lembah hitam dan lorong kehidupan seperti ini?’ serta ketakutan akan ‘benarkah aku bisa menjalani kehidupanku seperti dulu kala setelah aku mampu melepaskan diri dari belenggu yang selama ini merantaiku?’, menjalani kehidupan baru dan penuh dengan keoptimisan yang memang aku harapkan. Menatap masa depanku yang katanya masih panjang dan penuh dengan tantangan. Bisakah aku menghadapi semua itu?

Namun apapun itu namanya, kehadiranmu kawan…telah memberi arti tersendiri bagiku untuk terus berusaha keluar dan mencari jati diriku kembali agar aku bisa menjalani kehidupan ini seperti sediakala. Semangat dan dorongan yang engkau berikan adalah yang aku butuhkan saat ini.

Aku tidak mau terus-terusan berada dalam jurang kenistaan yang malah makin membawaku jauh kedasar jurang yang penuh dengan jebakan dan berbagai ular berbisa lainnya yang pada akhirnya malah membawaku kedalam suatu kekufuran yang sangat dibenci oleh Allah SWT.

Kawan…

Sampai sekarang aku masih bimbang dan bingung. Apa yang selama ini aku cari, akupun tak pernah tahu apa itu? Apa yang selama ini aku ikuti juga tak pernah tahu. Aku seolah mencari sesuatu yang sebenarnya ada dihadapanku sendiri, namun karena hatiku yang gelap maka aku tidak mampu melihatnya. Padahal ia sudah melambaikan tangannya kearahku, untuk mengajakku serta kedalam kehidupan yang lebih baik dan lebih terang.

Aku sebenarnya takut, ketika satu saat aku ingin kembali, namun takdir malah menentukan lain. Ia malah menjemputku sebelum akhirnya aku benar-benar menyadari kekeliruan dan kesalahan yang selama ini aku lakukan. Sebelum aku benar-benar bertobat atas segala apa yang selama ini terjadi padaku.

Seperti syair lagu jikuistik ‘Akhirilah ini dengan indah’. Aku juga ingin mengakhiri kehidupanku dengan sebuah akhir yang indah dan penuh arti. Bermanfaat bagi orang lain dan menjadi panutan bagi semuanya. Selama ini aku meng-‘hadapi dengan senyuman’ kehidupan yang aku jalani meski sebenarnya pahit terasa. Akan tetapi mau bagaimana lagi aku juga hanyalah ‘Manusia Biasa’, yang hanya bisa menjalani takdir yang diberikan kepadaku, sebab dialah yang menetapkan sesuatu atasku dan aku tidak bisa merubahnya kecuali berusaha menjadi seseorang yang lebih baik sesuai dengan tuntunan yang ada.

Aku mungkin hanyalah seorang ‘Manusia Bodoh’ namun aku juga seorang insan yang merindukan kehidupan yang indah dan penuh arti. Aku rindu dengan kehidupanku yang dahulu dan ‘Aku Ingin Pulang’ sebab inilah ‘Suara Hati’-ku yang sebenarnya yang juga merupakan ‘Rahasia Hati’ yang selama ini tersimpan rapi dalam nuraniku dan tak mampu aku kekuarkan meski hanya untuk mengingatkan aku akan sesuatu yang telah lama kutinggalkan.

16.56 WIB

Hari ini sekian kalinya aku tak mampu menahan diri untuk terus mencari sesuatu yang sebenarnya tak pernah ada artinya. Berat sebenarnya diri ini untuk melakukan semua itu, namun nafsu syaitanlah yang telah mengekangku dan membuatku mau melakukan seperti itu. Aku sungguh tak berdaya sama sekali. Berkali-kali aku mencoba melarikan diri, namun entah mengapa setiap kali aku telah hampir mencapai daun pintu itu, aku selalu saja dihadang dan dihadang lagi oleh keinginan sesaat yang sungguh tak bisa aku tolak.

Ia hadir dan seolah senantiasa mengintaiku dari setiap sudut kehidupanku. Aku seolah hanya seekor binatang yang terikat dalam sebuah kandang yang sebenarnya terbuka lebar namun aku tak mampu untuk melepaskan diri. Apakah benar hatiku terlampau lemah dan tak berdaya untuk itu semua? Ataukah memang ‘keinginan’ itu yang terlampau kuat untuk bisa aku tahan. Aku sendiri tidak tahu apa yang harus aku lakukan.

Terkadang kekuatan itu muncul dengan besar dan membuatku mampu menatap masa depanku kembali yang telah porak poranda, namun terkadang keukatan itu hilang dan sama sekali tak ada bekas ataupun jejak yang bisa aku lihat. Setidaknya sampai dimanakah aku melangkahkan kaki ini untuk terus mencari jalan pulang.

Kepada siapa aku harus membagi semuanya ini? Kepada siapa aku harus bercerita tentang semua ini dan kemana aku harus berlari dari kenyataan yang sedang kuhadapi ini. Sebab tak mudah bagiku untuk bisa menghadapinya. Tak semudah perkataan dan nasehat yang bisa terlontar oleh siapa saja dan dari mulut siapa saja serta kapan saja. Sebab nasehat hanyalah sebuah kata-kata manusia yang terkadang denganbegitu mudah menganggap setiap permasalahan yang ada, padahal ia tidaklah sesimple itu.

Orang lain boleh saja berkata, ‘bagaimanapun setiap permasalahan pasti ada jalan keluarnya’. Benar memang pasti ada jalan keluarnya. Selama ini aku sudah begitu banyak memberikan nasehat dan saran serta dorongan kepada sahabat dan teman terdekatku, namun ternyata untuk diriku sendiri aku tak mampu melakukannya. Mengapa? Mengapa harus seperti ini? Mengapa harus aku yang menjalani kehidupan seperti ini? Dan mengapa lembar hitam ini harus ada dan engkau ciptakan ya…Allah…

Harus berapa halaman lagi aku mengisi catatan lembar hitamku dibuku ini ya…Allah? Harus setebal apa dan harus sampai kapan? Haruskah sampai seluruh dunia mengetahuinya dan ketika itu aku harus menanggung malu yang begitu sangat dan amat? Sebab itulah mungkin balasan setimpal untuk semuanya? Bahkan itu saja mungkin belumlah cukup bagiku, mungkin masih ada segudang azab dan balasan lainnya yang tak pernah aku bayangkan selama ini.

Ya…Allah dalam kebahagiaan yang terpancar dari wajah ini tersembunyi sebuah derita yang begitu menyiksaku setiap kali aku harus mengingat semuanya. Aku hanya bisa memandangi lembar hitam ini sambil duduk termenung, menghadap jendela masa depanku yang semakin suram. Sebab cahaya mentari pagi pun telah kabur dan berbaur entah kemana. Ia tak lagi memberikan cahayanya kepada jendelaku seperti halnya dahulu. Ketika dipagi hari mataku menjemput mentari pagi dan kulitku merasakan belaian dinginnya angin pagi dengan tetesan embun yang jatuh ketanah. Akupun tak bisa mersakan lagi semuanya itu. Aku hanya bisa mengharapkan sambil tertunduk lesu dan malu dihadapan-Mu ya…Allah. Mengapa aku harus menjadi makhluk durhaka seperti ini. Makhluk yang membangkang dan tak berbudi seperti sekarang ini?

0 Comments:

Post a Comment

<< Home