Selamat datang di Blog Gw...

Friday, June 23, 2006

Memory in August, 18-19, 2005

18 Agustus 2005

Detik demi detik berlalu tanpa pernah aku sadari. Hari telah berganti namun yang tak pernah aku pahami, kapan aku akan berganti menjadi orang yang baru. Setiap saat ‘keinginan’ itu terkadang muncul dan semakin memupuskan harapanku untuk bisa bangkit kembali, akan tetapi ketika ‘keinginan’ itu hilang, aku seolah merasa bahagia sebab tumbuh semangat baru dalam diri ini untuk bisa terus maju dan bangkit dari semuanya.

Sungguh aku tak mengerti kenapa ‘keinginan’ itu selalu saja mempermainkan diri ini yang sudah menjadi bulan-bulanan takdir kehidupanku sendiri. Belum cukupkah semua penderitaan dan kesakitan yang diberikan suratan nasib kepadaku? Belum cukupkah semuanya itu? Lalu harus bagaimana lagi sampai semuanya terasa cukup bagi mereka untuk terus mempermainkan diriku?

Mengapa harus selalu aku, mengapa harus terjadi padaku? Berulang kali pertanyaan ini muncul dalam benakku dan tak ada yang mampu menjawabnya. Bahkan diri ini yang selalu dikira paling pandai menyembunyikan perasaan oleh orang lain, ternyata tak mampu menjawab pertanyaan ini. Ternyata aku sekarang menyadari bahwa aku tidaklah begitu berguna bagi diriku sendiri. Lalu untuk apa aku menjalani kehidupan ini?

Ya…Allah…tuhan yang menguasai seluruh jagat raya ini. Kapan engkau akan mengakhiri penderitaan yang selama ini aku rasakan. Penderitaan yang senantiasa muncul dan hadir tanpa pernah mau merasakan bagaimana diriku ini. Sampai kapan aku harus menjalani kehidupan seperti ini. Sebuah lembar hitam kehidupan yang aku yakin tak ada yang mau untuk menjalaninya. Lembar hitam yang kian hari makin bertambah tebal dan banyak jumlah halamannya. Haruskah aku merobek lembaran itu dan membakarnya hanya karena ketidakberdayaanku untuk menghapus dan menghilangkan semuanya? Haruskah aku melemparkan lembaran demi lembaran hitam hidupku itu kedalam sebuah jurang yang aku sendiri tak tahu dimana letaknya?

Mengapa begitu banyak pernyataan dan pertanyaan yang tak pernah jelas dan tak terjawab? Mengapa begitu banyak bermunculan` keinginan-keinginan semu yang sebenarnya hanya memberikanku kepedihan yang mendalam. Sebab engkaupun tahu, aku belum mampu dan belum siap untuk menjalaninya. Haruskah aku paksakan diri ini melewati persimpangan jalan itu? Sebuah persimpangan yang begitu maya dan tak kuketahui kemana arah dan tujuannya yang pasti. Aku malah semakin bimbang dan bingung sementara persimpangan itu semakin banyak dan tak beraturan. Kemanakah aku harus melangkahkan kaki ini, agar bisa melupakan semuanya dan merajut kembali masa depanku yang telah terpendam sejak lama, entah untuk berapa lama dan sampai kapan aku sendiri tak tahu.


19 Agustus 2005

11.05 WIB

Ternyata begitu banyak kebohongan dan kepura-puraan didunia ini. Entah karena alasan apa aku sendiri tak tahu. Apa mungkin karena sesuatu hal mereka membenarkan kebohongan itu sendiri, padahal sebenarnya tetap saja ia salah. Apapun alasannya, kebohongan tetaplah kebohongan, tidak bisa berubah menjadi kebenaran. Meski untuk alasan apapun.

Yang tidak kumengerti ialah, mengapa harus membohongi diri sendiri hanya untuk menjadikan diri hebat dimata orang lain. Apakah kejujuran memang sudah tidak ada harganya lagi sampai-sampai setiap insan malah begitu senang dan hobi sekali berbohong. Tak ada yang bisa dipercaya dan mau kupercaya saat ini. Meski ketika aku tersenyum terhadap alasan yang dikemukakan seseorang, namun sebenarnya aku mengejek sebab mereka tidak pernah mau jujur kepada orang lain tentang diri mereka sendiri, dan terutama mereka tidak mau untuk jujur bahkan bagi diri mereka.

Apa yang mesti disembunyikan dari orang-orang semacam kita? Toh selama ini aku selalu jujur apa adanya tentang siapa aku dan bagaimana. Akan tetapi kejujuranku justru malah dijadikan sebagai tameng bagi mereka untuk bisa mencari-cari alasan berbohong dihadapanku. Entah karena kemunafikan yang terlalu besar atau apapun namanya, terkadang tak pernah aku habis fikir mengenai semua ini. Meski memang tak semuanya begitu.

Berpura-pura ingin menjadi seseorang yang memang dekat dan mau mengerti akan diri dan yang sedang aku jalani…memang alasan yang tepat untuk bisa meraih apa yang diinginkan. Tapi kawan…aku bukanlah manusia bodoh yang bisa kau tipu dengan topeng kepura-puraanmu yang sudah lapuk. Aku memang manusia biasa, namun aku tahu mana yang benar dan salah, mana yang jujur dan mana yang berpura-pura. Aku memang belum begitu banyak makan asam garam tentang kehidupan seperti ini. Tapi sekali lagi aku bukanlah manusia bodoh yang bisa dipermainkan seenaknya.

Aku selalu terbuka terhadap siapa saja yang memang baik dan mau menjadi orang terdekatku. Tak pernah aku memandang siapa ia. Yang aku lihat ialah kejujuran dan kebaikan hatinya. Sebab begitu sulit untuk menemukan manusia seperti itu. Hanya ada satu dari sejuta manusia, itupun jika memang kebetulan ada.

Yah…mungkin memang ini jalan hidup yang harus kutempuh. Aku bisa memperoleh pelajaran yang begitu berharga dan dapat kujadikan bahan untukku bisa mengarungi kehidupan selanjutnya. Aku hanya bisa berdo’a dan berharap, bahwa hari yang aku nantikan selama ini, akan cepat datang dan mampu membawaku keluar dari lembar hitam kehidupan ini.

Aku ingin cepat pulang dan merajut kembali benang kusut yang selama ini telah berbaur dengan kain-kain lapuk yang begitu kotor dan hina. Aku ingin secepatnya menata setiap sendi kehidupan dan pilar-pilar masa depanku seperti dahulu. Sebuah rancangan yang selama ini aku tinggalkan dengan begitu lamanya. Yang telah aku campakkan hanya karena keegoisanku dan nafsu sesaat yang justru malah membuatku terjerumus kedalam lubang hitam yang sangat gelap dan tiada cahaya sedikitpun yang kutemui disana.

Semoga saja hari itu cepat datang dan membawaku serta diatas kereta kencananya, dan mengantarku ke istana yang selama ini aku tinggalkan. Aku rindu dengan kehidupanku yang dulu. Aku selalu membayangkan kehidupanku yang dahulu. Setiap kali aku mengingat dan mengenangnya, ia seolah berada dekat di hadapanku, akan tetapi sebenarnya ia jauh untuk kugapai. Tak ada jalan untukku bisa meraihnya saat ini.

Namun aku tak akan berputus harapan. Do’aku selalu kupanjatkan kepada-Nya agar secepatnya dibukakan pintu kembali ke jalan yang selama ini telah jauh aku tinggalkan. Jalan yang bisa membawaku kedalam kedamaian dan kehidupan yang tenang, bukan jalan seperti ini yang selalu membuatku resah dan tak pernah bisa merasakan ketenangan bahkan untuk tidurpun begitu susahnya.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home