Selamat datang di Blog Gw...

Sunday, April 22, 2007

Rahasia Hati (4)

Kesekian kalinya aku terbentur oleh dinding keegoan manusia yang hanya ingin dimengerti tanpa pernah mau mencoba memahami yang lainnya. Keegosian yang membuatku semakin tak pernah mempedulikan diriku sendiri. Keadaan yang memaksaku harus menelan bara panas ini. Tak ada teman yang ikhlas dan rela dengan keadaanku saat ini. Aku harus menghadapi pertentangan yang sangat dari orang sekelilingku. Meski mereka berusaha menyembunyikannya, tapi akupun bukan orang bodoh yang bisa dibohongi dengan sikap mereka. Aku memang hina tapi aku masih punya akal dan naluri untuk menilai baik dan buruk.

Kawan…

Berat kehidupan yang harus aku jalani. Beban ini tak seberat kehidupan yang kalian hadapi saat ini. Ada hal yang sangat tidak jelas sedang menaungi kehidupanku saat ini. Beban yang tak pernah berkurang tapi justru malah bertambah.

Apakah mungkin memang aku tak pernah punya pilihan lain dalam menjalani semuanya? Apakah mungkin aku hanya bisa menjalani sisa hidupku ini dengan kenyataan pahit seperti ini? Aku sudah berusaha untuk kabur dari penjara kehidupanku yang kelam, tapi aku tak bisa. Rantai kehidupan yang panjang ini tak mampu menjangkau tepian laut yang begitu luas. Terali itu terlalu kuat untukku dobrak dengan paksa. Dinding penjara itu sungguh kokoh untuk ku hancurkan. Dingin dan sendirian…hanya itu yang selalu kurasakan saat ini. Tak ada teman untuk bercerita. Tak ada teman yang mau peduli dengan semua yang kuhadapi. Aku takut dan cemas. Aku bergetar dan hanya bisa merangkul lututku yang kesakitan. Pandanganku kosong dan tak beraturan. Tak ada kehidupan yang aku inginkan selain kehidupanku yang dulu. Sedihku tak ada yang tahu. Isak tangis batinku tak ada yang mendengarnya. Air mata ini pun tak pernah ada yang tahu kapan keluar dan kapan berhenti. Aku benar-benar sendirian. Tak ada yang menemani. Tak ada yang bisa membuatku tersenyum meski hanya sesaat.

Aku hanya bisa duduk sendiri disudut penjara yang dingin itu. Tak ada sinar mentari yang sudi menyentuh tubuh yang sudah usang ini. Tak ada sentuhan kehangatan pada jiwaku yang dingin ini. Aku menatap kosong kedepan. Entah apa yang kupandangipun aku tak pernah tahu. Aku sudah hina kawan…aku sudah menjadi orang yang jauh dari segalanya. Temanku sekarang hanyalah keputus asaan dan kebimbangan, temanku hanyalah rasa ragu dan ketidakpastian. Aku sedih dan ingin berteriak kencang, tapi percuma, tak akan pernah ada yang mau mendengar semuanya. Tak ada yang mau mendengar sedikit saja keluhan ini. Tak ada kawan…

Inginku menyerah pada kehidupanku sendiri. Ingin aku bersujud atas ketidakberdayaan ini berharap semuanya akan segera berlalu. Tapi aku tak mampu lagi bersujud. Aku tak mampu lagi memohon maaf dan meminta ampunan atas semua yang telah kulakukan. Kesalahan ini terlalu besar untuk dimaafkan. Dosa ini terlalu bertumpuk untuk diampuni. Aku makhluk yang tidak pernah tahu diri. Makhluk yang tidak pernah memahami akan makna penciptaan. Makhluk yang tidak pernah mencoba mengambil pelajaran atas apa yang akan dan telah terjadi. Dan inilah balasan yang aku terima.

Aku terpuruk dalam kegelapan malam yang panjang. Siang tak pernah berarti bagiku. Semuanya sama saja. Malam disini begitu panjang kawan…siang yang datang tak kunjung menengok diri ini yang rindu akan cahaya mentari kebaikan. Kenapa sampai siangpun jijik melihatku? Kenapa sampai mentaripun enggan menyentuh badanku. Ia jijik dan takut menyentuhku. Ia seolah sengaja menjauhkan cahanya dariku. Padahal aku membutuhkan mereka semua untuk bisa bangkit dari semua ini.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home