Selamat datang di Blog Gw...

Sunday, April 22, 2007

Rahasia Hati (5)

Kawan...

Pernahkan engaku tersenyum tapi hatimu sakit terasa? Pernahkah engkau bahagia namun jiwamu tersiksa karena penjara hidup yang tak kunjung memberi kebebasan kepadamu? Pernahkah engkau mengalami hal yang tak pernah seirama dengan hatimu namun engkau masih bisa tersenyum manis meski pahit sekali di dadamu.

Ada kebimbangan besar dalam hidup yang sedang dijalani ini. Betapa berat cobaan yang harus ku arungi sendiri. Sampai aku tak mampu meminta pertolongan kepada siapapun demi bisa bangkit dari semuanya. Pengorbanan akan seorang yang aku sayangi adalah hal yang sangat menyakitkan dalam hati ini. Tapi bagaimanapun aku harus bisa tetap bertahan meski tanpanya. Aku tidak boleh lemah dan tak mau berhenti hanya karena semua ini. Aku harus tegar meski sukar bagiku untuk berdiri. Aku tak boleh menangis hanya karena semua ini. Hidup masih panjang meski aku tak pernah tahu apa yang akan terjadi di depan nantinya. Tapi entahlah kawan....terkadang aku merasa pesimis dengan semuanya. Terkadang aku merasa semua usaha yang aku lakukan hanyalah sia-sia. Aku berjuang untuk siapa pun tak pernah ku tahu. Aku berjuang untuk diriku sendiri pun tak pernah ada yang peduli. Aku benar-benar sendirian saat ini. Tak ada teman untuk berbagi karena mereka pun tak kan pernah mengerti dengan keadaan ini. Mereka tak kan pernah mau menerima sejuta alasan mengapa aku menjadi seperti ini.

Kadang ingin aku berkata hidup ini terlalu kejam terhadapku. Entah kesalahan apa yang telah kuperbuat dulu sampai aku harus menanggung jalan hidup seperti ini. Tak ada insan yang menginginkan jalan berliku dan berbatu tajam dalam mengarungi kehidupannya. Tak ada insan yang menginginkan hal terburuk dalam arung samudera takdir yang sedang dihadapi. Hidup ini terlampau rumit bagiku. Hidup terlampau menyiksa batin ini.

Aku tak pernah diberikan kesempatan untuk bisa tertawa lepas dengan semua yang aku miliki. Aku tak pernah bisa menghirup segarnya udara dipagi hari meski kehidupan ini milikku. Sungguh sulit bagiku menghadapi semuany. Disatu sisi semua ini sangat bertentangan dengan hati dan nuraniku sebagai makhluk yang berakal dan beradab. Namun disisi lain, aku juga hanyalah manusia biasa yang harus rela terbelenggu dengan sejuta keinginan duniawi yang terus saja menggodaku.

Kawan...

Seandainya kau bisa merasakan semua yang kurasakan. Mungkinkah engkau mampu memberi ini kekuatan kedua bagiku untuk bisa kembali bangkit. Entah mengapa, setiap kali aku berusaha bangkit dari semua yang terjadi, maka saat itu pula aku selalu dihadapkan pada kenyataan pahit yang terus melemparkanku kembali ke jurang hitam itu. Aku terombang-ambing entah harus bagaimana. Aku lelah kawan...aku capek dan ingin duduk dengan santai untuk sementara. Menikmati sejuknya angin menerpa rambutku yang lusuh ini. Menghirup sejuknya udara yang datang dipagi hari. Merasakan betapa hangatnya cahaya mentari yang terbit dikala pagi. Menyaksikan cakrawala senja yang menghantarkan malam di sore hari. Tak berlebihan bukan, kawan...aku hanya menginginkan semua itu. Tapi mengapa begitu sulit bagiku untuk bisa merasakan dan menikmati semuanya?

Apakah memang takdir tak pernah berfihak pada orang sepertiku? Apakah memang sang sutradara selalu menginginkan aku menjalani peran seperti ini? Aku tak sanggup lagi kawan...sungguh berat sekali. Aku tak tahu entah sampai kapan aku akan bisa bertahan dengan semua keadaan ini.

Setiap saat aku harus terus dan terus didera oleh cambuk kehidupan yang begitu menyakitkan. Luka yang berbekas ini tak pernah bisa kering sama sekali. Darahnya selalu menetes menjalar di punggung ku yang sudah tak berbentuk. Entah masih bisa disebut punggung ataukah tidak aku tak peduli kawan...sebab hidup ini begitu sangat menyakitkan, begitu menderita dan tak pernah mau tahu dengan semua yang aku hadapi.

Semua impianku semakin kabur dan tak bermakna. Apa yang sedang ku tuju pun entah sekarang apa? Hanya berjalan diantara riuhnya suara-suara tak beraturan. Berjalan ditepi jurang yang tak pernah bisa ku ukur kedalamannya. Berlayar dengan perahu yang tak pernah membawa bekal untuk bertahan didalam perjalanan.

Inginku ku berteriak dan menjerit sekeras-kerasnya agar bisa melepas semua beban berat dipundak ini. Aku tak sanggup lagi kawan…aku tak bisa lagi berdiri dengan sebelah kaki yang masih tersisa ini. Aku tak sanggup kawan…

0 Comments:

Post a Comment

<< Home