Selamat datang di Blog Gw...

Friday, July 28, 2006

Mimpi-mimpi Aneh...???

Entah hanya sebuah bunga tidur atau apa, yang jelas, mimpi itu begitu seolah nyata dan mebuatku terus berfikir apakah gerangan maksud dari mimpi itu. Tanpa bermaksud membesar-besarkan hal kecil, namun melalui blog ini ingin sekali aku berbagi cerita dengan siapapun yang sudi membacanya :

Satu siang aku tertidur pada hari jumat selepas shalat jum'at. Dan saat itu aku sedang melaksanakan puasa sunnat bulan rajab untuk menghormati Nabi Agung Kami, Nabi Besar Muhammad SAW. Ketika tertidur itulah aku bermimpi hendak pergi ke kamar mandi di depan kos ku, untuk buang air kecil, akan tetapi niat itu aku urungkan karena aku merasa bahwa kamar mandi tersbut bukanlah hakku, melainkan kepunyaan orang lain yang bukan hakku. Niat semula ingin buang air aku batalkan dan kembali ke kosku, namun, baru saja aku melangkahkan kaki memasuki halaman depan kos ku, aku terheran melihat seorang santri mendorong motor masuk ke halaman kosku dengan mengendap-ngendap. Dengan sedikit curiga namun tetap berfikir positif aku beranikan bertanya kepadanya, "Mencari siapa mas...?" tapi dia hanya tersenyum gugup sambil memperhatikan sekeliling ruang garasi motor yang saat itu dipenuhi dengan puluhan pakaian yang masih bagus namun dipajang entah oleh siapa. Saat itu aku berfikir bahwa santri itu salah satu keluarga dari pemilik kos, akan tetapi kemudian aku berfikir sejenak, bahwa setahuku pemilik kos tidak mempunyai family dari kalangan santri, apalagi masih kelihatan muda, namun tanpa berfikir negatif aku hanya diam saja ketika dia nyelonong masuk ke dalam kosanku dan menaiki tangga sampai ke lantai atas, dan saat itu aku berfikir mungkin dia adalah salah satu teman dari orang yang kos disini. Tak apalah pikirku.

Aku berbaring di kursi ruang garasi yang sekaligus tempat menerima tamu. Sejenak kemudian santri tadi turun dari lantai atas dengan membawa 3 buah pakaian yang masih dalam gantungan. Aku semakin heran, dan ditambah heran lagi ketika santri tersebut mulai mengambili satu persatu pakaian yang tadi di pajang didalam ruang tamu yang aku pakai berbaring tadi. Tanpa menghiraukanku dia terus mengambilnya satu persatu dengan memilih pakaian yang bagus-bagus. Aku semakin heran dan dengan keberanian aku bertanya dan menghardiknya "Mas ngomong-ngomong baju yang mas ambil itu baju-baju saya loh mas..." kataku sembari menyelidik, padahal baju itu bukan kepunyaanku, namun aku hanya ingin memastikan, apa sebenarnya maksud si santri tersebut.

Demi mendengar kata-kataku, dengan muka gugup ia hanya menjawab "oya...?", dan setelah itu dia kabur keluar sambil berlari. Dengan sigap aku mengejarnya dan berteriak dihalaman "maliiiiinnnggg....", dan tanpa aku sadari, berhamburanlah para santri kehalaman kosku yang aku sendiri tak tahu dari mana mereka berasal. Sebab setahuku disekitar kosku tidak ada pondok pesantren. Aku berfikir santri-santri yang berdatangan tadi, pria dan wanita, hendak menolongku menangkap maling yang berpakaian santri tadi, namun ternyata aku salah, ternyata mereka malah teman dari santri pencuri tadi dan malah hendak mengeroyokku.

Aku kaget dan sembari mengucapkan "Astagfirullah...", aku mulai memasang kuda-kuda karena mendapat kepungan dari para santri tadi dan teman-temannya. Sementara santri yang mencuri berlari aku dikepung oleh teman-temannya yang lain sambil mengatakan supaya aku tidak usah ikut campur dengan apa yang sedang terjadi. Tapi aku bersikeras dan melawan, akhirnya aku berkelahi dan hendak mengeluarkan jurus-jurus yang aku sendiri tak tahu dari mana, namun yang jelas aku ingat beberapa asma yang dulu pernah aku pelajari dari pamanku sewaktu di pesantrennya, meski aku tidak pernah mengenyam alias duduk dipesantren. Beberapa dari mereka menyeru kepadaku "Akan kulempar kau dengan ajianku....", aku kaget namun anehnya tak kurasakan gentar sedikitpun, justru dalam fikiranku aku ingin menyadarkan perbuatan mereka yang salah. Ketika mereka mulai mengadakan penyerangan terhaapu, aku hampir kaget namun bisa mengendalikan diri. Ketika mereka dengan sombongnya berkata hendak menghabisi aku dengan ilmu yang mereka pelajari dari pesantren, aku pun bersiap hendak menangkisnya dengan ilmu yang entah dari mana tiba-tiba aku merasa memilikinya. Tapi ketika aku hendak mengeluarkan kemampuanku, tiba-tiba ada suara berkata sangat nyaring ditelingaku "orang yang berilmu tinggi adalah orang yang mampu menggunakan instingnya...", sontak demi mendengar suara itu aku kaget dan merasa malu sekali, dan dengan sigap aku membatalkan seranganku. Aku hanya terdiam sambil berpasrah kepada Allah SWT saat itu atas apa yang mungkin bakal menimpaku, aku hanya memandangi dengan sabar orang yang henak menyerangku, dan saat mereka hendak melancarkan serangannya dengan kemampuan yang mereka miliki dari jarak jauh, aneh dan ajaib, tiba-tiba kemampuan mereka tidak berpengaruh apa-apa dihadapanku dan malah tidak bisa digunakan. Aku bersyukur saat itu, namun mereka segera melarikan diri menggunakan dua buah kijang inova, dan yang lebih membuatku kaget, pemimpin pondok pesantren mereka ada didalam mobil itu dan menyuruh anak santrinya untuk segera kabur.

Tanpa berfikir panjang, aku mengejar mobil kedua mobil kijang itu berharap dapat penjelasan dari mereka semua. Aku berlari kencang dan dengan membaca sebuah asma yang aku ingat dari pamanku supaya dapat berlari secepat kilat (ce...ileeehhh....), aku berlari dan mendahului kedua mobil tadi. Namun tiba-tiba langkahku menjadi lambat ketika berada di depan mobil tersebut. Dengan tenang dan berusaha menyerahkan semuanya kepada Allah, aku menyiapkan kuda-kuda kalau-kalau mobil itu menabrakku, namun entah fikiran dari mana, tiba-tiba aku merasa bahwa aku mempunyai kemampuan untuk terbang. Dan ketika mobil tersebut mendekatiku dan hampir menabrakku, dengan sigap aku menjejakan kakiku ke bemper mobil tersebut dua kali dan "shiiiuuuuttt...tt", aku benar-benar bisa terbang dengan kecepatan penuh. Dan saat aku melihat ada kantor polisi, aku turun dan berkata bahwa ada maling yang sedang melintas di daerah sini, namun entah kenapa, telinga petugas itu seolah tidak mendengarkanku, dengan kecewa aku terus mengejar mereka, dan...setelah itu..entahlah aku tidak mengerti dengan yang terjadi setelahnya, semuanya begitu kompleks dan sungguh sulit dimengerti.

Aku terbangun sembagir mengucakan istigfar dan berkata pada diriku sendiri, apakah gerangan maksud dari mimpi tadi? Jika hanya sebuah mimpi, mengapa begitu aneh dan menyangkut kehidupan seorang muslim? Apapun itu maknanya, wallahu aku tidak tahu, hanya Allah yang mengetahuinya.

Wednesday, July 12, 2006

Aku Lelah Kawan...

Begitu banyak rintangan yang harus aku tempuh untuk bisa menjalani kehidupan yang layak. Sudah begitu sulitnyakah perjalan kehidupan ini? Ketika aku mulai menoleh masa depanku kembali, tiba-tiba sesuatu yang entah dari mana terus melambaikan tangannya ke arahku seolah tidak mau ditinggalkan olehku. Ia datang menghampiriku padahal aku sebenarnya sudah tak mau mempedulikannya lagi. Namun ia terus mengejar dan berlari ke arahku. Ia seakan tak mau jauh dariku dan takut kehilanganku. Tapi entahlah…sebab jujur dalam hati ini aku sudah merasa bosan dan muak dengan semua apa yang terjadi pada diriku selama ini.

Apakah aku harus selalu berada dalam bayang-bayang hitam ini? Selama hidupku dan selama sisa umurku yang setiap hari semakin terus berkurang? Haruskah aku membiarkan sisa hidupku ini dalam kekelaman dan hitamnya lumpur kehidupan yang kusiram sendiri?

Malam-malam yang terus berlalu dan hari-hari panjang yang selalu begitu dan begitu tak pernah mau mengerti akan diriku ini. Aku selalu berada dalam kebingungan yang sebenarnya bagi orang lain begtu simple dan sederhana. Akan tetapi…entahlah…begitu sukar untuk diungkapkan dan dikatakan apalagi digambarkan. Terlalu banyak yang harus aku jalani dan kulalui begitu saja. Terlalu berat beban yang harus aku tempuh padahal pundak ini sudah tak sanggup lagi untuk menahannya. Sudah terlalu banyak semua yang harus kubungkus dengan pakaian kepura-puraan yang begitu indah dan seolah penuh dengan kebahagiaan padahal sebenarnya, tak pernah sedikitpun aku merasakannya.

Hari-hari yang melelahkan setiap kali aku harus merenungi semua apa yang terjadi. Saat-saat yang begitu membosankan ketika aku harus menunggu waktu dimana aku bisa bangkit dari dudukku dan kemudian meninggalkan tempat semula mencari tempat baru yang lebih baik dan mampu mengantarkanku melihat masa depanku kembali yang selama ini terkubur dalam senuah peti mati tak berkunci, namun aku sendiri tak berani untuk membuka dan melihatnya.

Hanya do’a dan harapan besar yang terkadang mampu menghiburku dan sedikit memberikan semangat pada diri ini untuk bisa terus bertahan menjalani kehidupan ini. Sedikit asa yang setidaknya mampu memberikanku akal sehat untuk berfikir kembali tentang masa depanku. Tentang semua mimipi masa kecilku yang mungkin orang sering menyebutnya ‘cita-cita’. Ya…cita-cita yang aku punya selama ini. Cita-cita yang telah lama aku simpan entah dimana, entah disudut kehidupan sebelah mana aku meletakannya, namun aku berjanji untuk secepatnya menemukan kembali ‘cita-cita’-ku dan membenahi semuanya. Sebab aku ingin menjadi lebih baik secepatnya, meski aku harus melalui proses yang begitu sulit dan sukar. Namun aku tetap yakin dan berusaha meyakinkan hati ini bahwasanya, masih ada jalan dan kesempatan yang terbuka lebar didepanku untuk bisa membuka pintu dipagi hari dan melihat betapa cerah dan indahnya mentari pagi, betapa sejuk dan segarnya embun yang menetes diantara ujung-ujung dedaunan yang hijau, betapa teduhnya daun-daun pohon yang rindang itu dan betapa cantiknya warna-warni bunga ditaman yang dipenuhi dengan kupu-kupu riang bermain-main dengan kawannya.

Dan semoga harapan ini bukanlah sebuah harapan hampa yang tak pernah ada, namun sebuah harapan yang benar-benar bisa terjadi dan aku wujudkan, meski aku mengorbankan semuanya. Sebab satu hal yang selalu ingin aku cari dan harapkan. Aku ingin mendapatkan keridhaan dan kasih sayang dari-Nya. Kasih sayang sejati dan keridhaan yang membuatku menjadi lebih baik dan takkan pernah berfikir untuk mau kembali kedalam jurang ini. Yang akan membuatku tak pernah berkeinginan untuk melihat dan menengok kembali kehidupan nista yang sekarang ini aku jalani. Semoga semuanya menjadi kenangan yang selalu memberikanku pelajaran yang berharga disisa umurku yang terus berkurang. Amiin………

Apakah Arti Sebuah Cinta...???

Aku seolah baru menyadari betapa arti sebuah cinta yang sebenarnya. Cinta yang selama ini aku anggap hanya sebatas omong kosong belaka, sebuah perasaan hama yang aku sendiri terkadang berfikir bahwa aku tidak akan pernah bisa merasakan dan memilikinya. Namun peristiwa semalam membuatku begitu merasa betapa sesungguhnya cinta memang benar bisa membuat manusia merasakan kesedihan dan juga kebahagiaan.

Sampai hari ini, entah berapa orang yang menangis hanya demi cintanya. Namun sedikitpun aku belum bisa menerima secara utuh keberadaan cinta itu sendiri. Begitu kerasnyakah hati ini untuk bisa mengakui bahwa sebenarnya aku juga memiliki cinta dan membutuhkannya.

Hari ini adalah hari dimana sangat terkejut sebab ada seseorang yang dengan begitu tulusnya memberikan cinta dan perhatian bahkan lebih dari itu kepada diriku. Sebuah perasaan yang dari dulu sangat aku benci dan tak pernah mau aku kenal, namun hari ini, seolah semuanya semakin memberiku keyakinan bahwa cinta telah sedikit mulai menyentuh hati ini. Akan tetapi entahlah…semua begitu sulit untuk dijalani dan diterima. Begitu berat untuk dijalani, begitu banyak segala rintangan yang mungkin harus aku tempuh hanya untuk bisa merasakan semuanya itu. Mungkin karena sebab itulah kenapa aku sukar sekali menerima keberadaan cinta itu sendiri. Atau entahlah…sebab aku selalu berada dalam keraguan dan kebingungan yang aku sendiri tak pernah tahu penyebabnya.

Aku hanya merasakan keraguan yang sebenarnya kosong dan tak pernah ada penyelesaian, sampai kapan dan dimana harus aku cari penyelesaiannya. Aku juga hanyalah seorang insan yang penuh dengan keterbatasan dan kelemahan, meski sebenarnya ketebatasan dan kelemahan itu kita sendiri yang membuatnya, akan tetapi meski begitu mengapa terkadang kita malah terbelenggu oleh keterbatasan yang kita buat sendiri?

Dan Kisah Terus Berlanjut....(still on August)

11.19 WIB

Aku begitu tersentuh dan terharu, ternyata masih ada orang yang mau menitikan air mata menjalani kehidupan seperti ini. Lembar hitam yang selama ini aku jalani. Kehidupan kelam yang memang tak pernah diinginkan oleh siapapun didunia ini. Namun apa mau dikata, semuanya sudah terjadi. Yang terjadi biarlah terjadi.

Aku baru kali ini melihat penyesalan yang dalam dari seseorang yang tengah berjuang keluar dari lembar hitamnya, sekaligus perasaan pesimis bahwa apakah ia akan mampu keluar dari semuanya ini. Sama seperti aku ketika dahulu pertama kali aku harus didera perasaan yang sama. Perasaan bersalah yang besar dan perasaan yang seolah-olah dikejar-kejar dosa yang tak mau melepaskan diri ini, dan bahkan memang mungkin bukanlah seolah-olah akan tetapi memang benar dikejar-kejar.

Satu dari sejuta manusia atau entahlah mungkin bahkan lebih, setiap hari harus selalu menjadi korban akan hebatnya rayuan ‘Lembar Hitam’ yang sepertinya menawarkan begitu banyak kenikmatan yang abadi, namun sebenarnya hanyalah sebuah kebahagiaan dan kenikmatan semu dan bersifat sesaat. Lebih besar penyesalan dan perasaan bersalah yang bisa kita rasakan setelahnya, daripada perasan bahagia dan senang yang memang kita harapkan dalam menjalani kehidupan kelam seperti ini. Akan tetapi harapan itu hanyalah harapan utopis belaka yang tak kan pernah terjadi dalam kehidupan hitam. Sebab hitam tidaklah bisa menjadi putih, namun putih bisa menjadi hitam. Meski hitam bisa menjadi putih, namun hanya bentuknya saja, bukan sifatnya. Mengapa harus dengan mudahnya aku bersama yang lainnya terjerumus kedalam jurang seperti ini? Padahal tak sedikit diantara kami terkadang memiliki dan dibekali pedoman dan bimbingan yang bahkan lebih dari cukup untuk bisa menepis semua ini, namun, apa yang terjadi? Justru kami malah tetap terjerumus dan tak mampu menahan diri.

Begitu sukarnyakah untuk bisa menuju jalan yang diridhai oleh Allah SWT. Begitu sulitkah rintangan yang harus kami jalani sampai pada akhirnya kami bisa menemukan hakikat kehidupan yang sebenarnya. Sampai pada satu saat kami mampu melihat keburukan yang seburuk-buruknya dan bahwa semua ini adalah memang benar-benar salah. Semoga harapan ini bukanlah harapan maya yang hanya memberikan ketenangan dan hiburan sesaat bagi jiwaku yang sedang kekeringan akan belaian angin kebahagiaan dan kerinduan akan kembalinya aku ke kehidupanku yang dahulu.


20.53 WIB

Ternyata punya waktu yang banyak tanpa diisi dengan suatu kegiatan membuat kita melayangkan fikiran terlampau jauh dan malah terkesan selalu ke hal-hal yang bersifat negatif. Lima menit waktu yang kosong bisa membawa kita kemana saja, memikirkan apa saja dan mengkhayalkan apa saja, bahkan mungkin memikirkan sesuatu yang selama ini tengah kita hadapi.

Terlalu banyak merenung dan melamun juga sebenarnya tidaklah baik, namun harus bagaimana lagi? Ketimbang aku harus melangkahkan kaki ini menuju kemaksiatan yang setiap hari malah semakin menjadi, lebih baik aku duduk diam dalam kamar untuk merenungkan dan memikirkan sebenarnya apa yang harus aku lakukan dan langkah apa selanjutnya yang harus aku perbuat agar perubahan yang selama ini aku harapkan dapat secepatnya terwujudkan.

Ah…malam panjang. Begitu lama aku harus menunggu saat-saat dimana mungkin aku telah menjadi orang yang baru. Menjadi manusia seutuhnya yang memiliki harapan dan masa depan yang lebih baik dan cemerlang. Begitu lama waktu berlalu. Menantikan sebuah masa yang entah kapan ia akan datang sampai akhirnya aku benar-benar merasa bahwa semuanya telah berjalan dengan baik seperti semula. Harus berapa lama lagi aku menghitung hari yang terus berjalan. Menorehkan pena hitam kedalam lembaran demi lembaran kehidupanku yang hitam.

Hanya alunan musik saat ini yang bisa membuatku tenang dan memberikan sedikit kehangatan ditengah dinginnya suasana hati ini. Lantunan yang begitu membuatku hanyut dalam lamunan dan khayalan yang membuatku merasa malu jika harus mengingat semuanya. Maluuuuu sekali……………

Sunday, July 09, 2006

Still Memory in August, 20

08.54 WIB

Entah mengapa aku begitu merasa bahagia ketika seorang kawan yang selama ini aku rindukan tiba-tiba mencoba mengusik kerinduanku akan suara dan kehadirannya meski hanya lewat udara. Aku yang memang haus akan perhatian seorang sahabat sejati seolah-olah kembali bangkit setelah aku mengalami hari yang buruk. Hari yang benar-benar tak pernah aku bayangkan sebelumnya, yang membuatku harus merasakan kegetiran hanya karena suatu hal yang sangat memalukan dan ah…begitu sukar untuk dijelaskan oleh kata-kata. Mungkin penjelasan saja tidaklah cukup untuk menggambarkannya, sampai-sampai aku hanya bisa tertawa-tawa ketika ia berbicara dan hadir dalam ruang kerinduan yang memang selama ini aku sediakan untuknya.

Kau memang sahabat sejatiku yang terbaik. Kita memang belum pernah bertemu dan bertatap muka sama sekali, namun entah mengapa aku merasa begitu dekat denganmu. Aku merasa bahwa aku sudah mengenalmu dekat dan bahkan jauh sebelum ini aku sudah mengenalmu. Aku pun merasa bahwa hanya kau yang mampu mengerti semua apa yang sedang terjadi pada diriku ini. Kau yang lebih tahu tentang aku, tentang kehidupan dan jalan apa yang sedang ku tempuh saat ini.

Kawan…tahukah engkau sesuatu hal…??

Jujur kukatakan bahwa, tak banyak orang yang bisa kuberikan kepercayaan yang begitu besar sampai-sampai perjalanan hidupku sendiri harus aku buka dihadapanmu. Tak banyak bahkan mungkin tidak akan pernah ada kecuali dirimu. Aku sendiri tidak tahu tiba-tiba saja kepercayaan itu datang dengan sendirinya padahal jika kau mau, mungkin aku bisa saja berfikir bahwa engkau akan menghianatiku suatu saat nanti, dengan mengatakan kepada dunia tentang siapakah diri ini yang sebenarnya. Tentang lembar hitam yang selama ini aku jalani. Tentang semua yang kau ketahui tentangku selama ini. Tapi perasaan itu sama sekali tak pernah ada dan aku berharap memang tak pernah terjadi. Sebab aku telah menganggapmu lebih dari seorang sahabat yang mampu mengerti aku, memberikanku semangat untuk bangkit, untuk terus maju dan menghadapi kehidupan ini, serta yang lebih penting lagi untuk bisa keluar dari lorong kehidupan yang gelap ini.

Disini, dilorong kehidupan yang penuh dengan sesaknya nafas-nafas kepalsuan dan kebejatan hidup manusia, aku sudah merasa muak dan muntah atas apa yang selama ini terjadi. Aku sudah merasa tersiksa dan terpenjara tanpa pernah kusadari sebelumnya. Aku berusaha mencari pintu keluar itu, namun kegelapan ini yang menghalangi langkahku untuk bisa menggapai dan meraba setiap dinding-dinding hitam yang mungkin saja terdapat pintu yang terbaik bagiku untuk keluar.

Keraguan dan ketakutan yang terus tersisa dalam diri ini, malah semakin memperkuat ikatan rantai kepalsuan yang selama ini merantai tangan dan seluruh jiwaku untuk tetap berada didalam kegelapan. Keraguan akan ‘apakah mungkin aku bisa keluar dengan baik dari lembah hitam dan lorong kehidupan seperti ini?’ serta ketakutan akan ‘benarkah aku bisa menjalani kehidupanku seperti dulu kala setelah aku mampu melepaskan diri dari belenggu yang selama ini merantaiku?’, menjalani kehidupan baru dan penuh dengan keoptimisan yang memang aku harapkan. Menatap masa depanku yang katanya masih panjang dan penuh dengan tantangan. Bisakah aku menghadapi semua itu?

Namun apapun itu namanya, kehadiranmu kawan…telah memberi arti tersendiri bagiku untuk terus berusaha keluar dan mencari jati diriku kembali agar aku bisa menjalani kehidupan ini seperti sediakala. Semangat dan dorongan yang engkau berikan adalah yang aku butuhkan saat ini.

Aku tidak mau terus-terusan berada dalam jurang kenistaan yang malah makin membawaku jauh kedasar jurang yang penuh dengan jebakan dan berbagai ular berbisa lainnya yang pada akhirnya malah membawaku kedalam suatu kekufuran yang sangat dibenci oleh Allah SWT.

Kawan…

Sampai sekarang aku masih bimbang dan bingung. Apa yang selama ini aku cari, akupun tak pernah tahu apa itu? Apa yang selama ini aku ikuti juga tak pernah tahu. Aku seolah mencari sesuatu yang sebenarnya ada dihadapanku sendiri, namun karena hatiku yang gelap maka aku tidak mampu melihatnya. Padahal ia sudah melambaikan tangannya kearahku, untuk mengajakku serta kedalam kehidupan yang lebih baik dan lebih terang.

Aku sebenarnya takut, ketika satu saat aku ingin kembali, namun takdir malah menentukan lain. Ia malah menjemputku sebelum akhirnya aku benar-benar menyadari kekeliruan dan kesalahan yang selama ini aku lakukan. Sebelum aku benar-benar bertobat atas segala apa yang selama ini terjadi padaku.

Seperti syair lagu jikuistik ‘Akhirilah ini dengan indah’. Aku juga ingin mengakhiri kehidupanku dengan sebuah akhir yang indah dan penuh arti. Bermanfaat bagi orang lain dan menjadi panutan bagi semuanya. Selama ini aku meng-‘hadapi dengan senyuman’ kehidupan yang aku jalani meski sebenarnya pahit terasa. Akan tetapi mau bagaimana lagi aku juga hanyalah ‘Manusia Biasa’, yang hanya bisa menjalani takdir yang diberikan kepadaku, sebab dialah yang menetapkan sesuatu atasku dan aku tidak bisa merubahnya kecuali berusaha menjadi seseorang yang lebih baik sesuai dengan tuntunan yang ada.

Aku mungkin hanyalah seorang ‘Manusia Bodoh’ namun aku juga seorang insan yang merindukan kehidupan yang indah dan penuh arti. Aku rindu dengan kehidupanku yang dahulu dan ‘Aku Ingin Pulang’ sebab inilah ‘Suara Hati’-ku yang sebenarnya yang juga merupakan ‘Rahasia Hati’ yang selama ini tersimpan rapi dalam nuraniku dan tak mampu aku kekuarkan meski hanya untuk mengingatkan aku akan sesuatu yang telah lama kutinggalkan.

16.56 WIB

Hari ini sekian kalinya aku tak mampu menahan diri untuk terus mencari sesuatu yang sebenarnya tak pernah ada artinya. Berat sebenarnya diri ini untuk melakukan semua itu, namun nafsu syaitanlah yang telah mengekangku dan membuatku mau melakukan seperti itu. Aku sungguh tak berdaya sama sekali. Berkali-kali aku mencoba melarikan diri, namun entah mengapa setiap kali aku telah hampir mencapai daun pintu itu, aku selalu saja dihadang dan dihadang lagi oleh keinginan sesaat yang sungguh tak bisa aku tolak.

Ia hadir dan seolah senantiasa mengintaiku dari setiap sudut kehidupanku. Aku seolah hanya seekor binatang yang terikat dalam sebuah kandang yang sebenarnya terbuka lebar namun aku tak mampu untuk melepaskan diri. Apakah benar hatiku terlampau lemah dan tak berdaya untuk itu semua? Ataukah memang ‘keinginan’ itu yang terlampau kuat untuk bisa aku tahan. Aku sendiri tidak tahu apa yang harus aku lakukan.

Terkadang kekuatan itu muncul dengan besar dan membuatku mampu menatap masa depanku kembali yang telah porak poranda, namun terkadang keukatan itu hilang dan sama sekali tak ada bekas ataupun jejak yang bisa aku lihat. Setidaknya sampai dimanakah aku melangkahkan kaki ini untuk terus mencari jalan pulang.

Kepada siapa aku harus membagi semuanya ini? Kepada siapa aku harus bercerita tentang semua ini dan kemana aku harus berlari dari kenyataan yang sedang kuhadapi ini. Sebab tak mudah bagiku untuk bisa menghadapinya. Tak semudah perkataan dan nasehat yang bisa terlontar oleh siapa saja dan dari mulut siapa saja serta kapan saja. Sebab nasehat hanyalah sebuah kata-kata manusia yang terkadang denganbegitu mudah menganggap setiap permasalahan yang ada, padahal ia tidaklah sesimple itu.

Orang lain boleh saja berkata, ‘bagaimanapun setiap permasalahan pasti ada jalan keluarnya’. Benar memang pasti ada jalan keluarnya. Selama ini aku sudah begitu banyak memberikan nasehat dan saran serta dorongan kepada sahabat dan teman terdekatku, namun ternyata untuk diriku sendiri aku tak mampu melakukannya. Mengapa? Mengapa harus seperti ini? Mengapa harus aku yang menjalani kehidupan seperti ini? Dan mengapa lembar hitam ini harus ada dan engkau ciptakan ya…Allah…

Harus berapa halaman lagi aku mengisi catatan lembar hitamku dibuku ini ya…Allah? Harus setebal apa dan harus sampai kapan? Haruskah sampai seluruh dunia mengetahuinya dan ketika itu aku harus menanggung malu yang begitu sangat dan amat? Sebab itulah mungkin balasan setimpal untuk semuanya? Bahkan itu saja mungkin belumlah cukup bagiku, mungkin masih ada segudang azab dan balasan lainnya yang tak pernah aku bayangkan selama ini.

Ya…Allah dalam kebahagiaan yang terpancar dari wajah ini tersembunyi sebuah derita yang begitu menyiksaku setiap kali aku harus mengingat semuanya. Aku hanya bisa memandangi lembar hitam ini sambil duduk termenung, menghadap jendela masa depanku yang semakin suram. Sebab cahaya mentari pagi pun telah kabur dan berbaur entah kemana. Ia tak lagi memberikan cahayanya kepada jendelaku seperti halnya dahulu. Ketika dipagi hari mataku menjemput mentari pagi dan kulitku merasakan belaian dinginnya angin pagi dengan tetesan embun yang jatuh ketanah. Akupun tak bisa mersakan lagi semuanya itu. Aku hanya bisa mengharapkan sambil tertunduk lesu dan malu dihadapan-Mu ya…Allah. Mengapa aku harus menjadi makhluk durhaka seperti ini. Makhluk yang membangkang dan tak berbudi seperti sekarang ini?

Wednesday, July 05, 2006

Ketika Kehendak Allah Berlaku...

الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Artinya :
"Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan."

Apa jadinya ketika semuanya telah berakhir? Segala kesombongan, keangkuhan dan kemunafika serta kepura-puraan yang ada didunia ini hilang dan sirna. Semuanya berganti dengan sebuah akhir dari kehidupan yang yang tak pernah bisa dibayangkan sama sekali.

Kehidupan dimana tak ada lagi kesombongan, tak ada lagi kemunafikan dan kepura-puraan. Dimana semuanya berjalan dengan aturan dan kaidah yang ada. Mata tidak bisa lagi menyaksikan kebohongan, tangan tidak bisa lagi melakukan perbuatan terlarang dan mulut tidak bisa lagi mengeluarkan kata-kata yang selama ini telah banyak mengakibatkan penderitaan dan kehancuran yang tak terkira.

Kaki telah dibelenggu oleh kekuatan Maha Sempurna, dan tangan telah dirantai oleh sebuah tali yang maha kuat nan keras. Ketika mulut harus berkata jujur, dan semua tangan dan kaki harus menjadi saksi bagi tuannya sendiri. Ketika saat itu, tanganpun malah menjadi bumeran bagi diri kita sendiri, setelah sekian lama kita menjaganya didunia fana, dan ketika kakipun menjadi musuh pada saat itu, sementara dikehidupan dunia kita menyayanginya dan menjaganya dengan penuh kasih sayang.

Akan tetapi kawan...itulah jalan takdir dan kehidupan. Dan satuhal yang harus kita camkan bahwa, bagaimanapun kita menjaga apa yang menjadi kesayangan kita, suatu saat dia akan menjadi bumerang bagi diri kita. Yang harus kita lakukan adalah...bersiap menghadapi kemungkinan terburuk yang bakal kita hadapi nantinya.

الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Artinya :
"Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan."

Apa jadinya ketika semuanya telah berakhir? Segala kesombongan, keangkuhan dan kemunafika serta kepura-puraan yang ada didunia ini hilang dan sirna. Semuanya berganti dengan sebuah akhir dari kehidupan yang yang tak pernah bisa dibayangkan sama sekali.

Kehidupan dimana tak ada lagi kesombongan, tak ada lagi kemunafikan dan kepura-puraan. Dimana semuanya berjalan dengan aturan dan kaidah yang ada. Mata tidak bisa lagi menyaksikan kebohongan, tangan tidak bisa lagi melakukan perbuatan terlarang dan mulut tidak bisa lagi mengeluarkan kata-kata yang selama ini telah banyak mengakibatkan penderitaan dan kehancuran yang tak terkira.

Kaki telah dibelenggu oleh kekuatan Maha Sempurna, dan tangan telah dirantai oleh sebuah tali yang maha kuat nan keras. Ketika mulut harus berkata jujur, dan semua tangan dan kaki harus menjadi saksi bagi tuannya sendiri. Ketika saat itu, tanganpun malah menjadi bumeran bagi diri kita sendiri, setelah sekian lama kita menjaganya didunia fana, dan ketika kakipun menjadi musuh pada saat itu, sementara dikehidupan dunia kita menyayanginya dan menjaganya dengan penuh kasih sayang.

Akan tetapi kawan...itulah jalan takdir dan kehidupan. Dan satuhal yang harus kita camkan bahwa, bagaimanapun kita menjaga apa yang menjadi kesayangan kita, suatu saat dia akan menjadi bumerang bagi diri kita. Yang harus kita lakukan adalah...bersiap menghadapi kemungkinan terburuk yang bakal kita hadapi nantinya.

Dan Akupun Tersentuh...


وَلاَ تَحْسَبَنَّ اللّهَ غَافِلاً عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الأَبْصَار

Artinya : "Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak"

Ada segurat penyesalan terhadap apa yang telah terjadi selama ini. Sebuah kenangan hitam yang seharusnya tak pernah terjadi terhadapku. Entah karena syaitan atau iblis mana yang telah memberikanku harapan hampa akan dunia ini?Sampai aku harus terjatuh dan terjerembab ke dalam lubang hitam nan penuh lumpur.


Aku sangat terenyuh dan hampir meneteskan air mata ketika satu waktu aku tersentak mendengar lantunan ayat suci Al Qur'an yang bunyinya diatas. Begitu dalam dan sangat dalam aku rasakan. Hanya beberapa kata, namun begitu menyentuh relung hatiku yang paling dalam. Soeolah menyiratkan bahwa betapa bodohnya diri ini, betapa hinanya hidupku ini yang telah menyia-nyiakan karunia yang telah diberikan kepadaku oleh-Nya.


Aku berfikir bahwa selama ini Allah SWT telah melupakanku dan memalingkan mukanya kepadaku, aku berfikir bahwa selama ini Allah SWT telah menjauhkan pandangannya terhadapku, yang membuatku semakin terpuruk dan tersesat ditengah perjalanan hidup yang tak kunjung berakhir. Dan...aku hampir menjadi manusia yang paling durhaka kepada-Nya.


Ya...allah...beberapa bulan yang lalu Engkau telah menunjukkan betapa kebesaran-Mu dihadapanku, meski sebenarnya aku merasakan bahwa telah sejak awal Engkau memberikan dan menunjukan semua kebesaranMu terhadapku, supaya aku kembali ke jalan yang benar, akan tetapi karena kedunguan diri ini dan kemunafikan hati ini, membuatku malah semakin terlena berada di dalam istana syetan dan iblis yang terkutuk.


Aku malu ya ALLAH...entah dengan apa lagi aku bisa menebus semuanya, segala macam cara dan jalan telah dan sedang ku tempuh agar bisa kembali ke jalanMu, dan aku sangat merindukan semuanya, merindukan saat-saat aku merasa dekat denganMu, mengharapkan masa dimana aku merasakan dekapan dan hangatnya kasih sayangMu terhadap umatMu yang telah menjadi sesat ini.


Meski aku tahu bahwa Engkau Maha Pengasih dan Maha Pengampun atas segala dosa dan kesalahan umatMu, namun aku merasa hina dihadapMu, aku merasa rendah didepanMu dan aku merasa Kotor dibalik sajadah tempatku menghempaskan badan ini menghadapMu.


Bukanku berputus asa atas rahmatMu, bukan pula aku mengeluh atas semua yang telah terjadi, namun justru dengan keadaan demikian, aku malah merasa, bahwa diriku semakin dekat denganMu, aku malah merasa bahwa aku mulai meyadari arti hidup yang sesungguhnya, aku mulai merasakan apa hakekat kehidupan yang sebenarnya, yang mungkin tak kan bisa dengan mudah didapatkan oleh orang lain, kecuali atas kehendakMu dan kuasaMu. Dan aku sangat bersyukur akan hal itu, bahwa dengan semuanya, aku mulai berjalan di atas takdirMu, aku mulai melangkahkan kaki diatas ketentuanMu, diatas qada dan qadarMu, sebab aku tahu bahwa segala sesuatu adalah haq kepunyaanMu, dan manusia tiada berhak memiliki dan menganggap segala sesuatu itu miliknya, tanpa kehendakMu dan kuasaMu.


Ya...ALLAH...iringilah selalu perjalanan panjang kehidupanku dengan rahmat dan hidayahMu selalu, agar aku semakin mantap dan mampu mengetahui hakekat kehidupan yang Engkau ciptakan dengan sempurna, agar aku bisa menjadi orang yang lebih baik dari hari ini, untuk esok hari...



Rabbanaa aatina fiddun yaa haasanah...wafill 'aakhiraati hasanah...waqinna adzaa bannaar...