Selamat datang di Blog Gw...

Friday, June 30, 2006

Know Your Self....

Kenalilah siapa dirimu, maka akan tumbuh sikap bijaksanamu. Kenalilah orang lain maka akan tumbuh rasa hormatmu serta rendah hatimu dengan seketika. Jangan merasa dirimu lebih baik dari orang lain. Akan tetapi, berpikirlah bahwa dirimu lebih buruk dari orang lain.

Merasa diri lebih baik dari orang lain akan membuat dirimu menjadi sombong dan hanya memperlihatkan kelemahanmu. Biarkan orang lain yang menilai apakah dirimu lebih baik dari yang lainnya ataukah tidak sama sekali. Jangan pernah sekali-kali menilai dirimu sendiri apalagi dengan penilaian yang baik dan sangat bagus. Sebab penilaian mu tidak mungkin sama dengan penilaian orang lain.

Engkau boleh saja menganggap atau menilai dirimu sendiri serta membandingkannya dengan orang lain, tapi satu hal yang harus kita ingat dan camkan. Cukuplah kita sendiri yang tau penilaian itu, tidak perlu kita ungkapkan.

Bukalah mata hati dan batinmu untuk belajar melihat kenyataan meski itu pahit sekalipun, meski itu sangat menyakitkan dan meski itu sulit untuk kau hadapi. Tapi yakinlah dari itu semua, engkau akan mendapatkan pelajaran yang berharga yang akan membawa perubahan pada dirimu.

Kenyataan memang terkadang sangat menyakitkan tapi tidak semua. Tergantung apa yang kita tanam. Sebab tidaklah mungkin buah jeruk yang ditanam maka yang tumbuh buah apel.

Hiduplah dengan prinsifmu sendiri. Tapi jangan sampai kau terikat oleh prinsif yang kau buat sendiri. Prinsif hanyalah salah satu pedoman pribadi yang sifatnya hanya membantu dalam menjalani hidup ini. Berprinsiflah dengan baik dan laksanakanlah ia dengan penuh tanggung jawab. Serta, hiduplah dengan keadaanmu yang senyata-nyatanya, apa adanya juga tidak usah mempunyai keinginan untuk menjadi seperti orang lain. Yakinlah bahwa dirimu akan bisa menjadi lebih baik dari orang yang kau idolakan. Namun tentu saja dengan usaha dan do’a yang sungguh-sungguh.

Kawan…

Friday, June 23, 2006

Memory in August, 18-19, 2005

18 Agustus 2005

Detik demi detik berlalu tanpa pernah aku sadari. Hari telah berganti namun yang tak pernah aku pahami, kapan aku akan berganti menjadi orang yang baru. Setiap saat ‘keinginan’ itu terkadang muncul dan semakin memupuskan harapanku untuk bisa bangkit kembali, akan tetapi ketika ‘keinginan’ itu hilang, aku seolah merasa bahagia sebab tumbuh semangat baru dalam diri ini untuk bisa terus maju dan bangkit dari semuanya.

Sungguh aku tak mengerti kenapa ‘keinginan’ itu selalu saja mempermainkan diri ini yang sudah menjadi bulan-bulanan takdir kehidupanku sendiri. Belum cukupkah semua penderitaan dan kesakitan yang diberikan suratan nasib kepadaku? Belum cukupkah semuanya itu? Lalu harus bagaimana lagi sampai semuanya terasa cukup bagi mereka untuk terus mempermainkan diriku?

Mengapa harus selalu aku, mengapa harus terjadi padaku? Berulang kali pertanyaan ini muncul dalam benakku dan tak ada yang mampu menjawabnya. Bahkan diri ini yang selalu dikira paling pandai menyembunyikan perasaan oleh orang lain, ternyata tak mampu menjawab pertanyaan ini. Ternyata aku sekarang menyadari bahwa aku tidaklah begitu berguna bagi diriku sendiri. Lalu untuk apa aku menjalani kehidupan ini?

Ya…Allah…tuhan yang menguasai seluruh jagat raya ini. Kapan engkau akan mengakhiri penderitaan yang selama ini aku rasakan. Penderitaan yang senantiasa muncul dan hadir tanpa pernah mau merasakan bagaimana diriku ini. Sampai kapan aku harus menjalani kehidupan seperti ini. Sebuah lembar hitam kehidupan yang aku yakin tak ada yang mau untuk menjalaninya. Lembar hitam yang kian hari makin bertambah tebal dan banyak jumlah halamannya. Haruskah aku merobek lembaran itu dan membakarnya hanya karena ketidakberdayaanku untuk menghapus dan menghilangkan semuanya? Haruskah aku melemparkan lembaran demi lembaran hitam hidupku itu kedalam sebuah jurang yang aku sendiri tak tahu dimana letaknya?

Mengapa begitu banyak pernyataan dan pertanyaan yang tak pernah jelas dan tak terjawab? Mengapa begitu banyak bermunculan` keinginan-keinginan semu yang sebenarnya hanya memberikanku kepedihan yang mendalam. Sebab engkaupun tahu, aku belum mampu dan belum siap untuk menjalaninya. Haruskah aku paksakan diri ini melewati persimpangan jalan itu? Sebuah persimpangan yang begitu maya dan tak kuketahui kemana arah dan tujuannya yang pasti. Aku malah semakin bimbang dan bingung sementara persimpangan itu semakin banyak dan tak beraturan. Kemanakah aku harus melangkahkan kaki ini, agar bisa melupakan semuanya dan merajut kembali masa depanku yang telah terpendam sejak lama, entah untuk berapa lama dan sampai kapan aku sendiri tak tahu.


19 Agustus 2005

11.05 WIB

Ternyata begitu banyak kebohongan dan kepura-puraan didunia ini. Entah karena alasan apa aku sendiri tak tahu. Apa mungkin karena sesuatu hal mereka membenarkan kebohongan itu sendiri, padahal sebenarnya tetap saja ia salah. Apapun alasannya, kebohongan tetaplah kebohongan, tidak bisa berubah menjadi kebenaran. Meski untuk alasan apapun.

Yang tidak kumengerti ialah, mengapa harus membohongi diri sendiri hanya untuk menjadikan diri hebat dimata orang lain. Apakah kejujuran memang sudah tidak ada harganya lagi sampai-sampai setiap insan malah begitu senang dan hobi sekali berbohong. Tak ada yang bisa dipercaya dan mau kupercaya saat ini. Meski ketika aku tersenyum terhadap alasan yang dikemukakan seseorang, namun sebenarnya aku mengejek sebab mereka tidak pernah mau jujur kepada orang lain tentang diri mereka sendiri, dan terutama mereka tidak mau untuk jujur bahkan bagi diri mereka.

Apa yang mesti disembunyikan dari orang-orang semacam kita? Toh selama ini aku selalu jujur apa adanya tentang siapa aku dan bagaimana. Akan tetapi kejujuranku justru malah dijadikan sebagai tameng bagi mereka untuk bisa mencari-cari alasan berbohong dihadapanku. Entah karena kemunafikan yang terlalu besar atau apapun namanya, terkadang tak pernah aku habis fikir mengenai semua ini. Meski memang tak semuanya begitu.

Berpura-pura ingin menjadi seseorang yang memang dekat dan mau mengerti akan diri dan yang sedang aku jalani…memang alasan yang tepat untuk bisa meraih apa yang diinginkan. Tapi kawan…aku bukanlah manusia bodoh yang bisa kau tipu dengan topeng kepura-puraanmu yang sudah lapuk. Aku memang manusia biasa, namun aku tahu mana yang benar dan salah, mana yang jujur dan mana yang berpura-pura. Aku memang belum begitu banyak makan asam garam tentang kehidupan seperti ini. Tapi sekali lagi aku bukanlah manusia bodoh yang bisa dipermainkan seenaknya.

Aku selalu terbuka terhadap siapa saja yang memang baik dan mau menjadi orang terdekatku. Tak pernah aku memandang siapa ia. Yang aku lihat ialah kejujuran dan kebaikan hatinya. Sebab begitu sulit untuk menemukan manusia seperti itu. Hanya ada satu dari sejuta manusia, itupun jika memang kebetulan ada.

Yah…mungkin memang ini jalan hidup yang harus kutempuh. Aku bisa memperoleh pelajaran yang begitu berharga dan dapat kujadikan bahan untukku bisa mengarungi kehidupan selanjutnya. Aku hanya bisa berdo’a dan berharap, bahwa hari yang aku nantikan selama ini, akan cepat datang dan mampu membawaku keluar dari lembar hitam kehidupan ini.

Aku ingin cepat pulang dan merajut kembali benang kusut yang selama ini telah berbaur dengan kain-kain lapuk yang begitu kotor dan hina. Aku ingin secepatnya menata setiap sendi kehidupan dan pilar-pilar masa depanku seperti dahulu. Sebuah rancangan yang selama ini aku tinggalkan dengan begitu lamanya. Yang telah aku campakkan hanya karena keegoisanku dan nafsu sesaat yang justru malah membuatku terjerumus kedalam lubang hitam yang sangat gelap dan tiada cahaya sedikitpun yang kutemui disana.

Semoga saja hari itu cepat datang dan membawaku serta diatas kereta kencananya, dan mengantarku ke istana yang selama ini aku tinggalkan. Aku rindu dengan kehidupanku yang dulu. Aku selalu membayangkan kehidupanku yang dahulu. Setiap kali aku mengingat dan mengenangnya, ia seolah berada dekat di hadapanku, akan tetapi sebenarnya ia jauh untuk kugapai. Tak ada jalan untukku bisa meraihnya saat ini.

Namun aku tak akan berputus harapan. Do’aku selalu kupanjatkan kepada-Nya agar secepatnya dibukakan pintu kembali ke jalan yang selama ini telah jauh aku tinggalkan. Jalan yang bisa membawaku kedalam kedamaian dan kehidupan yang tenang, bukan jalan seperti ini yang selalu membuatku resah dan tak pernah bisa merasakan ketenangan bahkan untuk tidurpun begitu susahnya.

Memory in August, 16-17, 2005

Sampai kapan aku harus terus begini? Hidup ditengah keremangan malam yang sebenarnya tak pernah aku inginkan. Aku sendiri tak tahu harus bagaimana aku menjalaninya. Aku seperti penjaga malam yang senantiasa terjaga dari tidurnya. Aku seolah burung malam yang terbang entah mencari apa, aku sendiri tak pernah tahu, apa sebenarnya yang aku cari. Aku begitu berada dalam kebingungan dan kebimbangan. Aku hidup sendiri, menjalani kehidupan yang penuh dengan liku dan tanda tanya serta mengandung misteri yang tak pernah kuketahui.

Setiap malam aku harus merasakan desahan angin yang dingin dan menusuk kulit. Tak pernah sekali pun aku bisa menghindar darinya. Sebab malam seolah memberikan aku kehidupan yang sebenarnya semu dan maya. Namun entahlah…aku sendiri tak pernah tahu mengapa semuanya harus aku jalani. Aku terjebak dalam kehidupan seperti sekarang ini. Aku terjepit dan terjerembab diantara lembah kehidupan yang begitu pekat airnya, begitu hitam dan bau lumpurnya. Harus kemana lagi aku melangkahkan kaki ini?

Seringkali aku merenungi atas apa yang terjadi dengan diri ini. Dan tak pernah habis pikir mengapa semuanya bisa terjadi padaku? Dan juga atas diri orang-orang lainnya yang mengalami nasib seperti ini. Aku benar-benar berada dalam kebimbangan yang benar-benar besar yang tak pernah terlintas dalam benakku sebelumnya.

Jika aku mengenang masa kecil yang begitu lugu dan penuh dengan keceriaan, ingin rasanya aku menjadi seperti dahulu. Tak pernah ada beban dan derita yang harus kutempuh dan kujalani. Tak kan pernah ada kehidupan seperti yang sekarang aku jalani. Dan mungkin tak kan pernah juga tulisan ini sampai tercipta.

Tak pernah terfikirkan jika aku dengan masa kecil yang begitu lugu dan ceria harus menanggung beban kehidupan seperti ini. Entah dosa dan kesalahan siapa yang harus kujalani. Akupun tak tahu. Atau apakah memang ini adalah murni takdir dan jalan kehidupan yang harus aku tempuh. Lalu kenapa harus seperti ini? Kenapa harus kehidupan semacam ini yang harus kujalani? Tak adakah jalan kehidupan yang lebih baik yang bisa aku jalani? Tak bisakah aku memilih kehidupanku sendiri yang ingin aku jalani?

Dalam senyum palsu aku selalu menangis dalam hati dan nuraniku. Batinku selalu menahan isakan tangis yang tak pernah aku keluarkan. Entah sampai kapan aku bisa menahan semuanya ini? Aku hanya pasrah dan tawakal atas apa yang tengah aku hadapi. Akan tetapi, apakah hanya dengan seperti itu akan cukup? Masih kurangkah sikap sabar dan tawakalku kepada-Nya? Sampai-sampai beliau harus terus memberikanku cobaan yang tak pernah habis-habisnya. Cobaan yang selalu datang bertubi-tubi dan seolah memang datang dan diperuntukan hanya untukku. Terkadang aku sendiri tak pernah mengerti dengan apa yang aku hadapi.

Ya..Allah…tak bisakah engkau menunjukkan kuasamu di hadapanku saat ini? Tak bisakah engkau memberikan keajaiban dan mukzijat yang selama ini aku dambakan? Begitu beratnyakah semua itu bagi-Mu untuk diberikan kepadaku? Bukan aku tak pernah sabar dan qana’ah atas semua apa yang aku hadapi, namun aku hanyalah manusia lemah dan manusia biasa yang kau ciptakan dengan segala keterbatasan yang ada. Kesabaran yang terbatas, kehidupan dan keinginan yang tebatas serta kekuatan yang terbatas. Tak pernahkah engkau berkenan memberikanku barang sejenak saja kebahagiaan dan keinginan yang selama ini aku dambakan? Sungguh sulitkah semua itu bagi-Mu ya Allah, padahal aku memujimu dengan segenap kekuasaan yang kau miliki atas dunia dan akherat, atas langit dan bumi dan timur sampai ke barat, dari utara sampai ke selatan dan dari semua apa yang telah rela menjadi makhlukmu. Tak bisakah engkau mengabulkan semuanya dan memberikan aku keajaiban dan karunia yang sungguh sangat aku harapkan?

Hari demi hari lembar hitam kehidupanku semakin penuh dengan catatan dosa dan maksiat yang terus bertambah banyak. Entah harus aku hapus dengan apa gerangan agar catatan kehidupan tersebut hilang tak berbekas. Lembaran itu begitu kelam dan begitu hina kurasakan. Berbagai kemaksiatan yang sungguh jauh dari penilaian orang lain tentangku selama ini. Aku pun tak tahu harus berkata apa. Sebab…itulah yang sebenarnya. Bahwa tanpa aku sadari, aku telah menorehkan pena yang hitam diatas kertas putih kehidupanku.


17 Agustus 2005

Hari ini aku merasa lebih baik. Aku tidak tahu kenapa namun ini membuatku jauh merasa menjadi diriku yang lain. Mungkinkah ini suatu pertanda bahwa aku telah mulai bosan menjalani kehidupan menyimpang yang selama ini aku jalani? Apapun itu namanya, aku hanya bisa berharap bahwa semuanya adalah benar bahwa aku telah mulai bosan dan ingin meninggalkan kenangan kelam sisi kehidupan gelapku.

Meski tak bisa kupungkiri bahwa tidak mudah untukku bisa keluar dari semuanya, namun aku tetap beraharap dan terus berusaha agar apa yang aku inginkan yaitu keluar dengan segera dari kehidupan hitam ini dapat terlaksana. Aku tidak mau berlarut-larut menjalani kehidupan seperti ini. Aku ingin cepat bebas dan kembali ke istanaku yang dahulu.

Menjalani kehidupan seperti ini ibarat berjalan diatas dan diantara bara api yang membara. Disatu sisi aku merasa takut untuk terbakar oleh api tu, namun disisi lain aku malah menyerahkan diriku untuk dibakarnya, sebab aku merasa rapuh dalam menjalani kehidupan ini. Aku memang lemah dan tak berdaya, sebab kehidupan ini begitu kelam dan akupun tak sanggup untuk melihatnya. Seringkali aku berpaling muka darinya. Lari dari kenyataan bahwa aku sedang berada dalam lembar hitam yang sebenarnya tak pernah kuinginkan.

Tapi apalah mau dikata. Hidup ini bukan pilihan. Kita hanya menjalani suratan yang memang telah ditentukan bagi kita. Apa yang dikatakan-Nya ‘A’ maka ‘A’-lah ia, tak bisa menjadi yang lain. Sebab kita hanyalah seorang pemeran dalam sebuah sinetron yang maha panjang ceritanya. Bukan satu episode, dua atau sepuluh episode, akan tetapi lebih panjang dari semua itu, yang akhir ceritanya pun tak pernah bisa diterka oleh siapapun, sebab Ia juga adalah penulis skenario dan sutradara yang Maha handal daripada kita sebagai makhluknya yang terkadang membangkang kepada-Nya.

Semoga saja aku terus bisa merasakan perasaan seperti ini dari hari ke hari, agar aku bisa menjadi lebih baik dari hari ke hari. Menjadi lebih tegar dalam menjalani sisa hidup ini, serta meninggalkan lembar hitam itu perlahan-lahan.

Ya…Allah…berilah hambamu ini kekuatan agar bisa melewati semua ini dengan segala daya dan kekuatan yang aku miliki. Aku hanya meminta, janganlah engkau masukan kembali aku kedalam lumpur hitam ini setelah engkau mengeluarkanku. Sebab dari hati sanubariku yang terdalam, bukan inginku seperti sekarang ini, akan tetapi takdir yang menuntunku untuk menjalani kehidupan seperti ini. Sebab aku hanya berpasrah diri atas takdir dan ketentuan yang dibuat-Nya untukku, karena aku hanyalah hamba yang memang diharuskan tunduk dan patuh atas segala perintah-Nya dan segala ketentuan yang dimiliki-Nya.


Teman…

Salahkah jika aku menginginkan cintamu?

Salahkah jika aku mengingkan menyayangimu

Meski mungkin aku bukanlah yang kau harapkan

Meski mungkin aku bukanlah yang kau cari

Bukan pula yang kau dambakan…


Aku memang tak bisa memberikan apa-apa

Tak bisa memenuhi apa yang menjadi keinginanmu

Tidak juga mampu menjadi orang yang bisa kau banggakan

Apalagi menjadi orang yang mampu kau andalkan…


Teman…

Aku tahu kau meganggapku tak ada

Tak pernah punya arti meski hanya sedikit dalam kehidupanmu

Tapi aku hanya ingin kau tahu

Bahwa ada yang selalu mencintaimu disini

Diantara sepenggal kehidupanmu yang tak pernah kau sadari

Diantara keegoan dan kesombongan yang kau miliki

Diantara senyuman kebahagiaanmu yang tak pernah bisa kumiliki.


Teman…

Aku tahu bahwa cinta tak bisa membuatmu hidup

Aku tahu bahwa cinta bagimu tak pernah ada artinya

Aku juga tahu bahwa bagimu cinta hanyalah omong kosong

Sebab aku juga begitu

Bagiku cinta adalah palsu

Bagiku cinta hanyalah bualan anak kecil

Tapi teman……

Saat ini tak bisa kupungkiri bahwa…

Aku haus akan belaian cinta

Aku membutuhkan seseorang yang mau menyayangiku

Yang mau menerimaku dengan segala yang ada padaku

Segala kejelekan dan kekuranganku

Segala kelebihan dan kebagusan yang aku punya

Semuanya…


Teman…

Ataukah mungkin semuanya hanya mimpi semata

Yang tak kan pernah bisa terwujud

Sampai nanti ajal menjemputku?

Sebab aku tahu persis

Bias matamu tak pernah sekalipun memberiku harapan

Untuku bisa mencintai dan memilikimu

Karena kau telah menutup pintu itu sebelum membukanya

Karena aku bukanlah orang yang kau cari selama ini…

Benarkan teman…???


Ah…

Seandainya aku bisa lari dari semuanya ini

Bisa lari dan berlari jauh entah kemana

Aku semakin bingung dan bimbang dengan segala keadaan ini.

Setiap saat harus merasakan kepedihan dan penderitaan

Entah harus sampai kapan aku mampu bertahan

Menjalani semuanya ini

Sampai kapan…


Teman…

Aku ingin berada diujung langit tanpa batas

Aku ingin berada diatas awan yang dingin

Aku ingin lepas dari semua yang telah membebaniku selama ini

Tapi aku tak bisa teman…

Sebab aku hanyalah makhluk biasa yang penuh dengan dosa

Penuh dengan kesalahan dan bertumpuk-tumpuk penderitaan

Apakah mungkin awan masih mau menampungku?

Apakah mungkin langit itu masih mau menyisakan tempat untukku?


Teman…

Pernahkah kau berfikir tentang satu hal saja

Bahwa hidup bukan sekedar mengejar materi

Pernahkah kau merenung barang sejenak saja

Bahwa kebahagiaan jauh lebih mahal ketimbang apapun didunia ini

Pernahkah kau mencoba menerima sekali saja

Bahwa cinta dan kasih sayang lebih kau butuhkan daripada sekedar permata


Teman…

Boleh saja kau menganggap semuanya ini basi

Tapi satu hal yang tak bisa kau hindari bahwa

Suatu saat nanti kau akan merasakan

Betapa pedih dan sakitnya sisi kehidupanmu

Ketika sudah tidak ada yang bisa mencintai dan menyayangimu

Ketika sudah tidak ada yang mau peduli padamu

Ketika sudah tidak ada yang mau melihatmu

Dan ketika sudah tak ada yang bisa engkau rasakan ketulusannya

Sebab saat itu kulitmu mulai keriput

Rambutmu mulai memutih

Dan semua menjauhimu

Sementara engkau sangat membutuhkan cinta dan kasih sayang.


Teman…

Banyak hal yang tak pernah aku sadari dulu

Bahwa betapa kehidupan kita sangatlah berharga

Setidaknya untuk diri kita sendiri…


Teman…

Dulu aku sering mengeluh dan menghujat tuhan

Dulu aku seing menggerutu akan nasib dan takdirku

Dulu aku selalu mencaci kehidupan yang aku jalani

Dan dahulu pula aku hampir berprasangka kepada tuhanku


Teman…

Seiring waktu yang terus berjalan

Aku mulai bisa menyadari dan memaknai sedikit demi sedikit

Arti dan makna sesungguhnya akan kehidupanku

Aku mulai memahami separuh dari semuanya

Atas apa yang selama ini terjadi dan menimpaku


Meski dahulu aku selalu merasa kesepian

Aku merasa kesendirian

Aku merasa ditinggalkan oleh semuanya

Tapi sekarang aku menyadari

Bahwa semuanya adalah proses kehidupan yang harus aku lalui

Namun teman…

Terkadang aku masih ragu dan bimbang

Bisakah aku melewatinya dengan kemenangan?

Dengan senyuman yang selama ini aku bayangkan?

Dengan kebahagiaan yang selama ini aku dambakan…


Teman…

Seandainya engkau ada disini

Seandainya engaku berada dekat disisi ini

Sudah berapa banyak cerita yang engkau dengar

Entah berapa ribu lembar cerita yang kau punya

Tentang diriku dan kehidupan ini

Tentang arti dari apa yang telah aku jalani dan yang sedang aku lalui ini

Teman…

Tak ada lagi kata yang bisa terucap

Sebab lidahku telah membeku dan kaku

Sebab hatiku telah menjadi sebongkah kayu yang rapuh

Aku membutuhkanmu teman….

Thursday, June 22, 2006

Ya Allah….Kenapa tiap kali aku mendengar asmamu terasa berdiri bulu romaku. Darahku terasa mengalir dengan kencang dan syarafku seolah meronta ingin lepas dari badanku. Mungkinkah karena betapa besar dan beratnya dosa-dosaku kepadamu ya Allah.Ya Allah…Engkaulah tuhan dari segala tuhan manusia dan seluruh makhluk yang ada dan hidup diseluruh alam semesta ini. Engkau jualah raja dari segala raja atas semua kerajaan yang menguasai langit dan bumi beserta isinya. Engkau adalah tuan yang maha bijaksana dan maha segalanya dari semua ciptaanmu.Kapan kiranya engkau akan mengeluarkanku dari lubang hitam ini? Sekarang aku telah berpasrah diri kepadamu menjalani kehidupanku ini. Aku sudah berusaha dan berdo’a semampuku sampai batas kemampuan yang kau berikan untukku, namun jika engkau masih berkehendak lain, maka sebagai hambamu aku hanya bisa berpasrah diri atas takdir dan semua apa yang aku hadapi sekarang.Tak ada kekuatan dan hakku untuk meminta sesuatu yang sudah jelas tidak mungkin engkau berikan. Namun jika hidupku harus berakhir seperti ini, tak bisakah hambamu ini meminta sekali lagi dan untuk yang terakhir kalinya.Keluarkanlah hambamu ini dari jurang yang penuh dengan penderitaan dan kehidupan yang hina ini. Lepaskan hamba dari belenggu yang merantai jiwa dan ruh hamba sehingga hamba hanya bisa berpasrah diri menerima semuanya.Hamba ibarat air yang mengalir dengan sendirinya. Kemana ia bermuara, maka hamba ikut dengannya. Kemana ia menerjang batu dan karang, maka kesana pula hamba menerjangkan badan hamba. Meski hamba yakin bukan kehidupan seperti ini yang engkau hadiahkan kepadaku, namun terlepas dari perasaan hamba yang berburuk sangka terhadapmu, hambah hanya ingin memohon satu saja permohonan yang sangat kecil dan tak berarti apa-apanya bagimu ya Allah. Sebab engkau maha kaya dan maha segalanya. Hamba hanya ingin satu hal, yaitu bebas dari semua ini. Lepas dan bersih seperti dulu kala. Meskipun tidak sebersih dahulu, sebab hamba yakin bahwa, noda yang menempel dibaju, meski terlihat sudah menghilang namun hakekatnya ia masih ada dan bersembunyi dibalik lipatan benang penyusunnya. Begitu juga dengan hambamu ini, bahwa hamba hanya menginginkan satu hal itu menjadi nyata dan melupakan semua apa yang pernah hamba alami dan terjadi pada diri hamba. Bahwa dulu hamba pernah mempunyai kisah yang kelam dan hitam yang membuat semua orang yang tahu mungkin akan jijik dan

Tuesday, June 20, 2006

Suara Hati....


Hari-hari terus berlalu dengan meninggalkan begitu banyak jejak langkah kehidupan. Siang telah lama berganti dan pagi telah jauh meninggalkan malam yang tak pernah ada hujungnya. Dikehidupan ini setiap manusia menyandarkan apa yang disebutnya takdir dan nasib. Dan ditangan takdir banyak manusia yang mengalah karena didalamnya tergurat nasib setiap manusia yang mencoba menjalani kehidupan ini. Mungkinkan aku termasuk salah satu dari sekian insan yang telah mengalami kekalahan dan kegagalan yang sangat dalam perjalanan hidupku yang panjang? Ataukah semua itu hanyalah bayangan hampa yang tak pernah mempunyai makna sama sekali.
Apapun semua yang sedang terjadi, satu hal yang masih sampai saat ini aku hadapi, bahwa aku masih berada dalam kebimbangan dan kebingungan dalam usahaku untuk bisa mengarungi kehidupan ini sebaik mungkin. Keinginan untuk menjadi yang terbaik dan mencapai semua hal yang terindah dalam hidupku, perlahan mulai retak dan berpencar entah kemana. Sedikit sekali sisa-sisa pecahan asa yang selama ini kubangun, masih bisa kulihat. Berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus peristiwa yang terjadi datang silih berganti. Semuanya memberikan sebuah pemahaman yang berbeda setiap kali mereka singgah. Ada yang datang dan pergi dengan begitu cepatnya, ada pula yang datang dan pergi dengan sabar dan santai namun begitu pasti.
Kawan.... Seandainya bisa kalian rasakan betapa penderitaan dan kesedihan yang sedang kualami saat ini. Begitu dalam dan perih luka yang telah ditorehkan takdir terhadap garis nasibku. Begitu dalam belati penderitaan yang ditusukan takdir kedalam lambung hidupku. Membuatku harus terkapar bersimbah darah kenistaan serta merintih meminta sepenggal pertolongan kepada siapapun yang mungkin bisa mendengarnya. Namun semuanya sia-sia, sementara waktu terus berlalu dan usia semakin memakan sisa hidupku seperti rayap yang menggerogoti bongkahan kayu lapuk, meski lambat namun pasti. Tak ada yang bisa kuperbuat. Aku hanya terdiam dan memandanginya meski sakit kurasakan. Meski perih kuderita. Tapi sekali lagi aku tak bisa berbuat apa-apa. Ia telah mempermainkanku dalam permainan yang aku sendiri tak pernah tahu apa gerangan? Ia menjebakku dalam kehidupan yang tidak seharusnya aku jalani. Dan bodohnya, aku hanya bisa menatap sayu atas apa yang sedang terjadi padaku. Semakin dalam penderitaan ini. Semakin terjal jua jurang kehidupan kelam yang harus aku jalani. Serta semakin berbatu dan berliku jalan yang harus kutempuh. Aku sadar bahwa aku semakin jauh terjerumus kedalamnya. Setiap kali aku mencoba kembali, bayangan hitam selalu menghalangiku, menghalangi pandangan dan penglihatanku. Menghalangi setiap langkahku seolah-olah dia tidak mau aku kembali.
Aku semakin terpuruk meski terkadang aku berhenti melangkahkan kaki ini barang sejenak, akan tetapi sia-sia saja. Tak ada yang berubah. Semuanya sama. Aku hanya bisa memandang jauh lepasa tanpa batas, entah apa yang aku pandangi akupun tak pernah tahu. Yang kutahu bahwa setiap saat hatiku selalu sepi, jiwaku selalu hampa dan ragaku selalu kosong, entah kemana semuanya pergi, tak ada yang tahu jawabannya, bahkan diriku sendiri tak pernah tahu. Ada rasa ketakutan ketika suatu saat aku ternyata tak pernah bisa kembali dari ketersesatan ini. Aku takut dan malu, aku tak bisa memandang lagi dunia ini, tak bisa lagi berbuat apa-apa. Hanya duduk diam membisu memandangi dan merenungi serta menyesali atas apa yang telah terjadi selama ini.

Kenyataan Hidup Telah Berkata...


Ketika kita harus dihadapkan kepada kenyataan hidup bahwa sebenarnya hidup pun tak seperti apa yang kita inginkan. Sebab kita tidak pernah mempunyai hak untuk memilih jalan takdir kehidupan kita. Karena kita hanyalah seorang makhluk yang tak ada apa-apanya. Yang hanya diciptakan dan hanya untuk dikembalikan dikemudian hari. Dan kita menyadari semua itu. Namun sejauh mana kita mau untuk mencoba menyadarinya? Sementara keegoan kita terkadang malah mengalahkan segalanya. Bahwa kebodohan diri kita sendiri malah merantai tangan dan kaki kita yang sebelumnya telah terbelelnggu oleh rantai kehidupan yang membuat kita mau tidak mau harus dan harus tunduk pada guratan nasib kehidupan kita.
Suka atau tidak, percaya atau tidak dan yakin atau tidak yakin, begitulah kenyataannya. Bahwa kita tidak bisa berbuat banyak untuk satu hal tertentu yang mungkin sifatnya sangat jauh dari kemampuan kita yang hanya sebagai makhluk. Meski banyak orang menyangkal tentang adanya suratan nasib, namun tanpa mereka sadari bahwa sebenarnya mereka malah berada didalam nasib itu sendiri dan anehnya malah mengesampingkannya, meski sudah jelas bahwa nasiblah yang membawa manusia harus menjalani kehidupan tertentu. Kehidupan yang terkadang membuat kita menangis dan tertawa.
Hai kawan....sejauh mana engkau memaknai kiehidupan ini? Kehidupan yang sedang kau jalani mengikuti langkah nasib yang tak tentu arah dan tujuannya. Entah kemana ia akan melangkah hanya dia sendiri yang tahu dan menentukannya. Karena kita hanyalah pembantu baginya dalam memenuhi sebuah takdir kehidupan untuk menggenapi kehidupan yang telah digariskan kepada kita.

HiDup Teruz berjalan dan roDa nasib teruz berputarz...

entaH samPai KapAn semuanya akan berhenti dari semua apa yang sedang terjadi. Begitu pahit kenyataan dan hidup yang senyatanya sedang dan telah terjadi. Meski ada sebagian yang memang merasa nyaman namun benarkah demikian adanya? Tidakkah sebagian dari mereka justru malah hanya membohongi diri mereka sendiri dan menipu hakikat dari keinginan hati mereka.
Kenapa kita harus munafik terhadap diri sendiri? Membohongi perasaan hanya demi lari dari kenyataan yang sungguh benar-benar pahit bak empedu. Apakah sebenarnya yang sedang kita hadapi serta apa yang selama ini kita cari? Sudahkah kita menemukan jawabnya? Apakah semuanya hanya pencarian semu yang tak pernah ada maknanya. Hanya sebuah formalitas dalam menjalani kehidupan ini? Hanya sebuah pelarian terhadap kenyataan hidup yang sebenarnya? Padahal sebenarnya kita tidak bisa memilih antara apa dan apa yang sedang kita hadapi untuk selanjutnya kita jadikan pilihan.
Pilihannnn????pilihan...apakah itu kata terakhir yang harus manusia kantongi ketika ia malah mulai terjebak dengan segala tingkah dan perilakunya sendiri? terjebak dalam ketidakberdayaan yang entah dibuat sendiri atau memang sudah ada sedari dahulu. Apapun itu bentuknya, benarkah kita siap menghadapi sesuatu yang tak kan pernah kita sangka dikemudian hari atas apa yang selama ini kita perbuat? Sebuah perilaku yang lebih jauh meninggalkan semua apa yang seyogyanya dan seharusnya kita hadapi sesuai dengan hakikat dan kodrat kita sebagai manusia selayaknya.
Entah sebuah pemikiran apa yang membuatku malah semakin bingung dan harus berputar dalam lingkaran kehidupan seperti ini. Membuatku malah harus terjebak dan menjadi kaku dalam sebuah batu prasasti kehidupanku sendiri. Sebuah prasasti yang tak ada sejarah pasti tentang siapa dan apa yang sedang terjadi.

Ketika hati jogja-malam berbicara....



Disudut malam aku berbicara pada angin yang tak pernah mengerti tentang diri ini. Telah sekian lama aku merasa sendiri dan seolah semua meninggalkanku entah kemana. Aku yang hanya terdiam dan merenungi semua yang telah terjadi selama ini, hanya bisa diam dan tak bisa berkata-kata. Alunan musik kehidupan telah membawaku serta terlena kedalam jebakan hidup yang tak mudah bagiku untuk bisa keluar darinya. Ingin aku berlari tapi semuanya seolah telah terlambat. Aku hanya bisa menjalani semuanya dengan apa yang ada pada diriku saat ini.
Tak akan pernah ada yang mau mengerti dan mencoba memahami kenapa diriku menjadi seperti sekarang. Yang ada adalah cemoohan dan hinaan untuk orang seperti diriku dan yang lainnya. Mereka hanya bisa menertawakanku sementara mereka menganggap diri mereka jauh lebih baik dari siapapun. Dan entah sampai kapan aku harus terus terbelenggu oleh rantai kehidupan seperti ini. Aku tak punya teman untuk berbagi, bercerita dan tak pernah punya teman yang bisa kuajak bernyanyi ketika aku gembira dan bisa kuajak bercerita ketika kegalauan menghampiriku.
Hanya kepura-puraan yang selalu dan selalu dihadapkan kewajahku oleh orang-orang itu. Aku tahu mereka tersenyum mengejek dan merendahkanku dari yang lainnya. Dan aku faham betul mengapa mereka harus seperti itu, dan akupun sadar sepenuhnya dengan semuanya dan dengan segala kelemahanku. Bahwa aku memang tak kan pernah bisa menjadi seperti mereka meski sebenarnya aku masih mempunyai asa dan harapan untuk itu semua, tapi semuanya tak pernah pasti bilakah akan terlaksana.
Aku hanya pasrah dengan segala keputusan hidup yang telah diberikan Sang Pencipta kepada diri ini, aku pasrah menjalani semuanya, menjalani takdir dan nasibku seperti ini, aku hanya bisa berusaha menjadi yang terbaik dengan versiku sendiri, bukan menjadi yang terbaik dengan versi orang lain ataupun karena dorongan orang lain. Aku memang beda dan lain dari mereka, tapi aku juga seorang manusia yang sama dengan mereka, mereka tidak lebih baik dari aku, dan akupun tak lebih sempurna dari mereka. Sebab aku menyadari satu hal bahwa, hanya Allah SWT yang Maha Sempurna diatas segala-galanya. Makhluk-Nya hanya bisa menyombongkan diri dengan bertepuk dada menganggap dirinya lebih hebat, hanya bisa berdiri berkacak pinggang memandang kebawah dengan pandangan kesombongan, hanya bisa bergumam dan berkata dengan segala keegoannya dengan merasa dirinya lebih dari yang lain.
Aku membenci ombak laut yang datang menghantam batu karang dengan seketika, membuat air yang asin terpencar ke bibir pantai dan membasahi pasir pantai yang putih dan lembut. Aku membenci angin yang datang dengan tiupannya yang kencang dengan maksud merusak dan menghancurkan harapan seseorang. Dan aku membenci awan yang selalu berarak bersama hanya karena takut berdiri sendiri karena kelemahan dan ketidakmampuannya berbuat hal yang lebih baik, ketimbang hanya memberikan keteduhan semu, tanpa bisa memberikan kesejukan dan kebaikan bagi setiap insan melalui curahan air sucinya.
Aku lebih menyukai burung yang terbang diatas sana dengan tetap memandang tanah yang hijau, ia bebas dan tak pernah mau mengusik siapapun. Ia terbang dengan sayapnya yang bebas dan kemana ia suka. Jauh dari pikiran kotor dan picik.
how to be a great people, not a children or a boy, but a mature people that have meaning for the others. if i could be like that, but..may be it just a dream, coz i my self not sure bout my future, bout my self and bout everything that i have

Monday, June 12, 2006

Kenapa Harus Selalu Begini...???

Aku kadang semakin tak mengerti dengan semua keadaan ini. Dengan semua sikap dan sifat dari insan manusia yang entah terkadang terlihat sangat lemah dan dibayangi oleh perasaannya yang terlalu sensitif. Pun demikian, apakah memang aku yang tak pernah menyadari dan mau sedikit saja mencoba mengerti dengan semua apa yang orang lain rasakan. Tapi entahlah...aku semakin bingung dan terpuruk dengan semuanya.
satu hal yang tak pernah aku mengerti, mengapa semau ini harus selalu dan selalu datang kepadaku. Untuk kesekian kalinya aku harus menyakiti dan mempermainkan perasaaan orang lain yang sebenarnya tak pernah terlintas sedikitpun untukku menyakitinya, namun, tanpa kusadari ternyata aku telah menjadi bagian dari kehidupannya, meski sebenarnya aku tak mengharapkannya. Mengapa harus seperti ini?
Mungkinkah ini sebuah hukuman bagiki yang terlampau menganggap semuanya seperti apa yang tak seharusnya, ataukah memang sebuah hukuman atas apa yang telah aku perbuat selama ini. Hukuman yang dikalungkan ke leher ini akibat kelalaian dan setumpuk dosa yang telah aku jalani selama ini.
Dan aku selalu berharap ketika aku terbangun nanti, aku menjadi bersih dari semuany, lupa dengan semua dan siapa diriku terdahulu, namun apakah semuanya mungkin?